Waspada Disfagia setelah Stroke! Kenali Gejalanya dan Jaga Kesehatan Anda

Sobat Sehat, pernahkah Anda mendengar istilah disfagia? Disfagia adalah kondisi kesulitan menelan yang umum terjadi pada penyintas stroke. Hal ini disebabkan oleh melemahnya atau lumpuhnya otot-otot yang berperan dalam proses menelan akibat kerusakan di bagian otak yang bertanggung jawab untuk menelan.

Disfagia terkadang luput dari perhatian karena efek stroke lainnya seperti kelumpuhan atau kelemahan anggota tubuh lebih mudah terlihat. Meskipun pada 40% kasus disfagia bisa hilang sendiri dalam dua minggu, disfagia juga bisa menetap dalam jangka waktu yang lama atau bahkan permanen. Kondisi ini perlu diwaspadai karena meningkatkan risiko pneumonia pada penyintas stroke.

Mari Mengenal Disfagia Akibat Stroke: Pemulihan dan Dampaknya terhadap Kehidupan

Tergantung pada tingkat keparahan dan lokasi stroke, seorang penyintas stroke mungkin mengalami disfagia. Area otak yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan proses menelan seringkali rentan terhadap kerusakan selama stroke iskemik – terutama di wilayah seperti batang otak atau korteks serebral. Oleh karena itu, mereka yang mengalami stroke iskemik (yaitu penyumbatan atau bekuan darah yang mengganggu aliran darah ke otak) memiliki risiko tertinggi mengalami disfagia. Akibatnya, kemampuan makan dan minum secara normal bisa menurun, dan/atau mengalami pneumonia berat akibat aspirasi.

Pneumonia aspirasi terjadi ketika makanan atau cairan masuk ke dalam trakea (batang tenggorokan) alih-alih ditelan ke saluran pencernaan melalui kerongkongan (esofagus) [3]. Ketika makanan memasuki batang tenggorokan, bakteri alami yang ada di mulut dapat berpindah ke paru-paru. Selain itu, penyintas stroke dengan disfagia mungkin juga mengalami ngiler, kesulitan mengucapkan kata-kata, dan kesulitan berbicara dengan suara yang cukup keras untuk berkomunikasi dengan jelas.

Meskipun hanya 13% penyintas stroke yang masih mengalami disfagia enam bulan pasca stroke, disfagia jangka panjang biasanya mengharuskan mereka untuk hanya mengonsumsi makanan cair atau menggunakan selang makan untuk mencegah malnutrisi. Disfagia adalah kondisi serius, dan penanganannya membutuhkan pendekatan yang komprehensif. Artikel ini bertujuan untuk membantu para penyintas stroke yang mengalami disfagia dan orang-orang tersayang mereka agar bisa lebih memahami bagaimana cara untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik menggunakan program penanganan disfagia yang ditentukan dokter. Harap diingat bahwa program individual Anda perlu disesuaikan dengan kebutuhan spesifik Anda, dan panduan ini memberikan gambaran umum tentang pilihan penanganan disfagia.

Memahami Hubungan: Stroke dan Proses Menelan yang Kompleks

Setelah stroke, salah satu dari dua sisi otak, atau hemisfer serebral, biasanya mengalami cedera otak. Namun, stroke bisa saja terjadi di kedua hemisfer serebral secara bersamaan atau di luar korteks serebral (misalnya di batang otak atau otak kecil). Hemisfer kanan biasanya dominan dalam mengendalikan kemampuan berbicara dan pemahaman bahasa. Hemisfer kanan juga terbukti bertanggung jawab atas transmisi sinyal saraf yang memperlancar proses menelan. Pada kebanyakan orang kidal, serta sebagian kecil orang yang bertangan kanan, hemisfer kiri otak mungkin yang mengendalikan kemampuan berbicara dan menelan.

Selain itu, bagian otak yang dikenal sebagai medulla oblongata menghubungkan batang otak dengan sumsum tulang belakang. Medulla oblongata sebagian bertanggung jawab untuk mengendalikan pernapasan, tekanan darah, detak jantung, dan menelan. Kerusakan pada bagian otak ini dan/atau batang otak dapat menyebabkan gangguan pernapasan, detak jantung, tekanan darah, menelan, tidur, dan berpotensi kehilangan kesadaran. Stroke yang secara luas mempengaruhi batang otak seringkali mengakibatkan koma permanen atau kematian

Gejala Disfagia

Setelah stroke, baik ringan maupun berat, ada beberapa tanda yang menunjukkan kemungkinan disfagia. Tanda-tanda tersebut meliputi:

  • Nyeri saat menelan
  • Kesulitan menelan
  • Rasa seperti makanan tersangkut di tenggorokan
  • Tidak bisa mengunyah makanan dengan baik sehingga sulit untuk ditelan
  • Ngiler
  • Batuk atau tersedak saat menelan
  • Membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya untuk menelan atau menghabiskan makanan/minuman

Baca juga: Stroke Mengintai di Usia Muda: Kisah Inspiratif Kylie Lough dan Tips Menjaga Jantung Sehat

Disfagia dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada penyintas stroke. Jika seorang penyintas mengalami kesulitan menelan dengan benar, mereka bisa jadi kurang berminat untuk makan. Hal ini dapat menyebabkan asupan vitamin, mineral, dan nutrisi yang semakin buruk, yang bisa mengakibatkan malnutrisi dan penurunan imunitas. Jika seseorang tidak bisa menelan dengan benar, makanan dan minuman bisa masuk ke saluran pernapasan mereka dan menuju paru-paru.

Sobat Sehat, disfagia memang dapat menjadi komplikasi stroke yang serius. Namun, dengan pengetahuan dan penanganan yang tepat, Anda dapat mengatasinya dan meningkatkan kualitas hidup Anda

Related Posts