Tren Perceraian di Usia Matang: Mitos atau Fakta?

Pernahkah Anda mendengar tentang “perceraian di usia matang” (gray divorce)? Artikel ini membahas tren tersebut dan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya.

Meningkatnya Perceraian di Usia Matang

Tren perceraian di usia matang, yaitu perceraian yang terjadi pada pasangan berusia di atas 50 tahun, sedang menjadi perbincangan hangat. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journals of Gerontology pada September 2022 menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga perceraian di Amerika Serikat terjadi pada pasangan di atas usia 50 tahun. Studi lain yang diterbitkan pada Juni 2020 menemukan bahwa pandangan masyarakat terhadap perceraian menjadi lebih toleran antara tahun 1994 dan 2012.

Professor Susan L. Brown, sosiolog dari Bowling Green State University, menemukan bahwa angka perceraian di usia matang meningkat dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2010. Angka tersebut kemudian bertahan hingga saat ini. Perceraian pada pasangan usia 50-64 tahun cenderung stabil, namun terus meningkat pada pasangan di atas 65 tahun.

Dampak Pernikahan dan Kesehatan

Bukti menunjukkan bahwa pernikahan secara umum bermanfaat bagi kesehatan. Penelitian menemukan hubungan yang meskipun kecil namun konsisten antara kualitas pernikahan yang baik dengan kesehatan yang lebih baik secara keseluruhan, termasuk fungsi kognitif dan kesehatan jantung.

Bahasa cinta dapat menjadi panduan dalam penjelajahan diri dan hubungan. Pasangan suami istri cenderung memiliki lebih banyak sumber daya dibandingkan mereka yang tidak menikah. Dukungan sosial dari pasangan juga berperan penting, misalnya dengan mengingatkan Anda untuk memeriksakan diri ke dokter atau mendorong kebiasaan hidup sehat.

Namun, bertahan dalam pernikahan yang tidak harmonis dapat sangat merugikan kesehatan dan kesejahteraan individu.

Faktor-faktor di Balik Tren Perceraian di Usia Matang

Beberapa faktor kemungkinan berkontribusi pada meningkatnya perceraian di usia matang. Salah satunya adalah perubahan makna pernikahan itu sendiri. Harapan budaya tentang pernikahan yang sukses telah berubah seiring berjalannya waktu.

Saat ini, pernikahan yang baik didefinisikan dengan pertanyaan seperti “Apakah pernikahan ini membuat saya lebih bahagia?” dan “Apakah pernikahan saya berkontribusi pada pemenuhan diri saya?” Jika jawabannya tidak, maka perceraian mungkin dianggap sebagai solusi yang dapat diterima.

Selain itu, semakin banyak perempuan yang mandiri secara ekonomi. Hal ini memberi mereka pilihan untuk keluar dari pernikahan yang tidak memuaskan, sesuatu yang mungkin tidak dimiliki oleh perempuan di generasi sebelumnya.

Kesimpulan dan Saran

Harapan hidup yang lebih panjang mungkin juga menjadi faktor yang berkontribusi pada tren perceraian di usia matang. Jika Anda mencapai usia 65 tahun, Anda mungkin bisa hidup hingga 20 tahun lagi. Ini adalah waktu yang lama untuk dihabiskan bersama seseorang yang sudah tidak lagi membuat Anda bahagia.

Artikel ini membahas tren perceraian di usia matang dan beberapa faktor yang mungkin mempengaruhinya. Penting untuk diingat bahwa artikel ini hanya memberikan informasi umum. Jika Anda menghadapi masalah dalam pernikahan, berkonsultasilah dengan konselor pernikahan atau terapis untuk mendapatkan bantuan profesional.

Menjaga hubungan pernikahan yang sehat dan bahagia di usia berapa pun itu penting. Beberapa tips yang dapat Anda lakukan antara lain:

  • Kenali bahasa cinta Anda dan pasangan, dan jangan terlalu terpaku pada masa lalu.
  • Jaga kesehatan diri sendiri dengan pola makan seimbang dan olahraga teratur.
  • Ingat kembali apa yang membuat Anda jatuh cinta dengan pasangan dan bagaimana perasaan Anda saat itu.
  • Tunjukkan rasa ingin tahu terhadap pasangan Anda.
  • Hargai batasan privasi pasangan.
  • Ciptakan pengalaman baru bersama untuk menjaga kedekatan dalam hubungan.
  • Jika ada hal yang Anda inginkan dari pasangan, sampaikan dengan baik.

Dengan komunikasi yang terbuka dan kemauan untuk berusaha, Anda dan pasangan dapat membangun hubungan yang langgeng dan bahagia.

Related Posts