Tanda Depresi pada Anak

Tanda Depresi pada Anak, Bantu Si Kecil Hadapi Perasaan Sedihnya. Pasti kamu familiar dengan perasaan sedih atau murung. Tapi, gimana kalau perasaan sedih itu muncul terus-menerus dan mengganggu kehidupan sehari-hari? Nah, ini bisa jadi tanda depresi, lho! Depresi nggak cuma dialami orang dewasa, tapi juga bisa menyerang anak-anak dan remaja. Depresi itu kayak perasaan sedih yang berat dan berkepanjangan. Nggak kaya sedih biasa yang hilang setelah kita nangis atau cerita ke temen, depresi bisa bikin orang kehilangan semangat buat ngapa-ngapain. Kayak mesin yang baterainya habis!

Tanda-Tanda Depresi pada Anak

Mirip kayak orang dewasa, depresi pada anak juga bisa dilihat dari perubahan perilaku dan suasana hati mereka.

Menurut Dr. Louise Metcalf, psikolog dan pendiri Gheorg, “Kalau anak yang biasanya suka main Minecraft jadi nggak semangat lagi main, terus mereka juga sering cemberut, sedih, atau cuek, itu bisa jadi tanda depresi pada anak.”

Selain itu, perhatikan juga perubahan lain pada anak seperti:

  • Nilai di sekolah tiba-tiba turun
  • Sering dapat laporan perilaku kurang baik dari sekolah
  • Gampang nangis
  • Jadi lebih sering menyendiri dan jarang main sama temen
  • Pola tidur berubah, jadi lebih banyak tidur atau susah tidur
  • Sering ngomong ngerasa nggak becus atau semua salahnya
  • Kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang dulu disukai
  • Mulai menggunakan narkoba atau melakukan hal-hal berbahaya lainnya
  • Sering ngomongin, menulis, atau menggambar tentang kematian
  • Pernah mencoba kabur dari rumah
  • Gampang marah
  • Nafsu makan berubah, jadi lebih banyak makan atau malah nggak nafsu makan sama sekali

Menurut American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, anak-anak yang depresi juga lebih sering mengeluh sakit kepala atau sakit perut.

Kenapa Depresi Bisa Terjadi pada Anak?

Depresi itu kayak masalah di otak yang mempengaruhi cara kerja dan strukturnya. Penyebab pastinya belum diketahui, tapi bisa dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan psikologis.

Depresi bisa menyerang anak-anak dari segala usia, tapi paling sering terjadi pada remaja usia 12-17 tahun.

“Selain faktor genetik dan lainnya, beberapa hal bisa meningkatkan risiko anak mengalami depresi, misalnya karena peristiwa traumatis di keluarga,” jelas Dr. Metcalf.

Contoh peristiwa traumatis tersebut bisa berupa:

  • Kehilangan anggota keluarga karena kematian
  • Kehilangan tempat tinggal
  • Perubahan lingkungan tempat tinggal yang drastis, misalnya karena mengungsi
  • Kekerasan dalam rumah tangga
  • Pelecehan
  • Dibully teman sebaya

Mencegah dan Mengatasi Depresi pada Anak

Depresi pada anak bisa dicegah dan diatasi. “Orang tua bisa membantu anak dengan menciptakan suasana yang nyaman buat mereka untuk cerita tentang perasaan mereka,” saran Dr. Metcalf. “Jangan takut atau menghindar kalau anak bercerita tentang perasaan sedihnya. Yakinkan mereka bahwa perasaan sedih itu wajar, tapi semua perasaan itu bisa hilang.”

Selain itu, orang tua juga bisa membiasakan kebersamaan dengan anak dengan cara sederhana, misalnya dengan menceritakan 3 hal menyenangkan yang mereka alami hari itu.

Jaga Kesehatan Mental dan Fisik Si Kecil

Menurut Cyrell Roberson, seorang psikolog sekolah, penting untuk mengenali dan memahami depresi pada anak sejak dini. “Dengan mengenali gejalanya, orang tua bisa lebih cepat mencari bantuan profesional untuk anak mereka,” ujarnya.

Selain menjaga kesehatan mental, jangan lupa juga untuk menjaga kesehatan fisik si kecil dengan pola hidup sehat. Cukup tidur, makan makanan bergizi, dan olahraga teratur bisa membantu menjaga kesehatan mental anak secara keseluruhan.

Kesimpulan: Depresi Bisa Dicegah dan Diobati

Depresi pada anak memang hal yang serius, tapi bisa dicegah dan diobati. Orang tua dan orang terdekat harus peka terhadap perubahan perilaku dan suasana hati anak. Dengan mengenali gejalanya sejak dini dan mencari bantuan profesional, anak yang mengalami depresi bisa kembali ceria dan bersemangat menjalani hidupnya.

Related Posts