Susah tidur? Pahami Prokrastinasi malam hari

Prokrastinasi tidur malam atau Susah tidur, khususnya selama pandemi COVID-19, telah menjadi fenomena yang menarik perhatian. Konsep prokrastinasi tidur, yang pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Floor Kroese dan rekan-rekannya pada tahun 2014, adalah tindakan menunda waktu tidur tanpa alasan eksternal.

Banyak remaja dan dewasa muda menunda tidur untuk menonton video, mendengarkan musik, atau mengirim pesan teks. Alasan di balik penundaan ini belum sepenuhnya jelas, tetapi studi menunjukkan bahwa tekanan dari pekerjaan dan kehidupan rumah tangga yang menyatu bisa menjadi penyebabnya.

Prokrastinasi adalah perilaku menunda-nunda atau menangguhkan tugas atau keputusan tanpa alasan yang jelas.

Biasanya meskipun ada pengetahuan bahwa penundaan tersebut mungkin akan mengakibatkan konsekuensi negatif. Ini sering kali terjadi dalam konteks tugas-tugas yang kurang menyenangkan, sulit, atau yang membutuhkan usaha dan konsentrasi yang besar.

Perilaku prokrastinasi ini bisa berkisar dari menunda pekerjaan kantor hingga menunda keputusan penting dalam kehidupan. Penyebabnya bervariasi, termasuk kecemasan terhadap tugas tersebut, kurangnya motivasi, ketidakmampuan untuk mengatur waktu dengan baik, atau bahkan masalah kesehatan mental seperti depresi atau gangguan perhatian.

Susah tidur = kebiasaan buruk

Meski banyak orang mengalami prokrastinasi sesekali, yang menjadi masalah adalah ketika perilaku ini menjadi kebiasaan dan berdampak negatif pada produktivitas, kinerja, dan bahkan kesejahteraan mental seseorang. Mengatasi prokrastinasi sering membutuhkan pendekatan yang mencakup pengelolaan waktu yang lebih baik, peningkatan motivasi, pengembangan strategi untuk mengatasi rintangan psikologis, dan dalam beberapa kasus, bantuan profesional.

Pandemi telah memperburuk fenomena ini dengan menciptakan batasan antara rumah dan kantor yang kabur, membebani orang tua dan pengasuh dengan tanggung jawab tambahan, dan memaksa siswa untuk belajar dari rumah. Prokrastinasi tidur malam terjadi sebagai bentuk ‘pemberontakan’ terhadap tuntutan kerja dan kehidupan rumah tangga yang semakin meningkat, yang seringkali meninggalkan sedikit waktu atau energi untuk kegiatan rekreasi.

Untuk mengatasi masalah ini, beberapa langkah yang bisa diambil termasuk:

  1. Pembatasan Waktu Penggunaan Media Digital: Memiliki ‘matahari terbenam digital’ di mana kita secara sadar meletakkan perangkat digital kita.
  2. Menciptakan Pemisahan Psikologis Antara Tempat Kerja dan Rumah: Mengambil istirahat teratur untuk memutus koneksi dari tugas dapat meningkatkan kemampuan kita untuk memutus koneksi saat selesai bekerja.
  3. Menerapkan Tips Tidur yang Baik: Termasuk memiliki waktu bangun dan tidur yang teratur, mengkonsumsi makanan sehat seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan suplemen seperti vitamin D dan magnesium, serta menjaga hidrasi.
  4. Mengurangi Pemaparan Cahaya: Menggunakan tirai gelap atau mandi air panas sebelum tidur untuk mengurangi stres.

Menjaga kesehatan mental dan fisik sangat penting, terutama di tengah tantangan pandemi yang berkelanjutan. Dengan mengadopsi kebiasaan tidur yang sehat, menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, dan mempraktikkan pengaturan diri dalam penggunaan media digital, kita dapat memperbaiki kualitas tidur dan kesejahteraan umum kita. Mari kita jadikan kesehatan sebagai prioritas dan melangkah menuju gaya hidup yang lebih seimbang dan memuaskan.

Related Posts