Info Kesehatan Terbaru – Ngobrol sama anak-anak itu udah penuh tantangan. Tapi ngobrol sama anak dengan autisme? Nah, ini butuh pendekatan yang beda. Bukan cuma soal ngomong pelan atau pakai bahasa tubuh, tapi juga soal masuk ke dunia mereka yang kadang terasa kayak planet lain buat orang dewasa.
Baca juga: IQ Rendah: Menanggapi Tantangan dengan Pendekatan Positif
Sebagian anak autis kesulitan bicara, ada juga yang ngomong terus-menerus tapi sulit mengerti maknanya. Ada yang super ekspresif, tapi ada juga yang cenderung tertutup. Tiap anak punya ‘frekuensi’-nya sendiri, dan tugas kita adalah cari cara supaya bisa nyambung.
Jangan buru-buru. Jangan langsung frustrasi. Komunikasi sama anak autis itu kayak nyusun lego—satu-satu, pelan-pelan, tapi lama-lama bisa jadi bentuk yang utuh. Berikut ini beberapa strategi yang sering dipakai dan terbukti cukup manjur. Bukan sulap, tapi kalau konsisten, hasilnya bisa bikin hati meleleh.
Kenali Dulu, Baru Ngobrol
Sebelum ngomong panjang lebar, pahami dulu cara anak menyampaikan sesuatu. Ada anak yang lebih suka nunjuk, ada yang pakai suara-suara, ada juga yang cuma ngelirik sekilas tapi itu artinya besar. Jangan maksa mereka bicara kalau mereka belum siap. Kadang, diam mereka juga bentuk komunikasi.
Intinya, kenali dulu “bahasa” mereka. Kalau udah tahu cara mereka ngomong, barulah kita bisa kasih respon yang tepat.
Jangan Ribet-Ribet, Sederhana Aja
Kalimat panjang bisa bikin bingung. Daripada ngomong, “Nanti setelah makan kita beresin mainan lalu siap-siap mandi ya,” lebih enak kalau dipecah, “Ayo makan dulu. Habis itu beresin mainan. Terus mandi, ya.”
Kalimat pendek, jelas, dan satu-satu. Ingat, otak mereka butuh waktu lebih untuk mencerna, jadi jangan campur-campur instruksi dalam satu napas.
Gambar dan Visual Itu Ajaib
Kalau ngomong belum nyambung, coba tunjukkin gambar. Misalnya gambar kamar mandi saat mau mandi, atau gambar mobil saat mau pergi. Bikin jadwal harian dengan gambar juga bisa bantu anak lebih tenang karena mereka tahu apa yang bakal terjadi.
Visual itu semacam “peta” buat mereka. Daripada ditebak-tebak, mending tunjukkin langsung.
Kasih Waktu Buat Merespon
Kadang kita terlalu buru-buru. Baru lima detik nunggu jawaban, langsung dilanjutin lagi. Padahal anak lagi mikir. Mungkin butuh waktu 10-15 detik, bahkan lebih, buat ngerti dan ngerespon.
Makanya, sabar. Tunggu. Jangan kayak sinyal HP yang tiap detik dicek padahal belum tentu nyambung. Diam mereka bukan berarti nggak ngerti mereka cuma lagi proses.
Berhenti Menebak-Nebak
Kita sering panik kalau anak kelihatan kesal atau frustrasi. Akhirnya nebak-nebak, “Laper? Haus? Mau main? Capek?” Tapi terlalu banyak tebakan justru bisa bikin mereka makin stres.
Mending kasih pilihan langsung. Tunjukkan dua benda dan tanya, “Mau ini atau itu?” Simpel, jelas, dan nggak bikin bingung.
Masuk ke Dunia Mereka
Kalau anak suka main kereta-keretaan, ya duduklah bareng. Kalau mereka suka baris-barisin mainan, ikut aja. Komunikasi bisa dibangun lewat hal-hal yang mereka suka. Dari situ, kita bisa perlahan-lahan masuk dan ngajak ngobrol.
Nggak perlu sok menggurui atau ngajarin hal yang mereka belum siap terima. Kadang yang mereka butuh cuma teman main yang sabar dan ngerti.
Musik Bisa Jadi Jalan Masuk
Beberapa anak autis suka banget sama lagu atau irama. Kalau mereka susah diajak bicara, coba pakai lagu. Mau sikat gigi? Nyanyiin lagu sikat gigi. Mau tidur? Nyanyiin lagu tidur.
Musik itu menyenangkan dan gampang diingat. Anak jadi lebih santai, kita pun nggak perlu terlalu tegang ngajak mereka.
Tatapan dan Gestur Juga Penting
Jangan cuma ngandelin kata-kata. Wajah kita, cara kita melihat, gerak tangan—semuanya bisa jadi alat komunikasi. Kadang senyum atau tepukan pelan di punggung lebih “bermakna” daripada seribu kata.
Anak-anak ini sangat peka. Kalau kita tegang, mereka bisa ngerasa. Tapi kalau kita tenang, mereka juga lebih mudah ngebuka diri.
Jaga Konsistensi
Kalau hari ini kita bilang “waktunya mandi”, besok jangan tiba-tiba bilang “ayo basah-basahan”. Gunakan kata-kata yang sama, ulangi, dan ulangi. Konsistensi ini penting banget buat mereka. Karena sekali mereka hafal satu pola, itu jadi bekal komunikasi jangka panjang.
Jangan Sendiri, Ajak Lingkungan Terlibat
Orang tua nggak bisa kerja sendiri. Libatkan kakak, nenek, guru, atau siapa pun yang sering interaksi dengan anak. Jelaskan cara komunikasi yang tepat, supaya anak nggak bingung karena setiap orang ngomong beda-beda.
Bikin lingkungan yang suportif. Anak akan lebih cepat berkembang kalau orang-orang di sekitarnya kompak dan ngerti caranya berinteraksi.
Nggak ada rumus pasti untuk komunikasi sama anak autis. Tapi satu yang pasti: anak-anak ini punya dunia sendiri yang luar biasa kalau kita mau masuk dan memahami.
Strategi di atas bukan buat “menormalkan” mereka, tapi buat nyambungin dunia kita dengan dunia mereka. Dan percaya deh, begitu komunikasi mulai terjalin, meskipun cuma satu kata atau satu pelukan, rasanya priceless.
Yang penting, sabar. Terus coba. Kadang kita gagal, kadang kita berhasil. Tapi percayalah, tiap usaha kecil kita bisa jadi jembatan besar buat masa depan mereka. Karena semua anak, apapun kondisinya, berhak untuk dimengerti dan didengar dengan cara yang paling mereka pahami.
Kalau kamu punya pengalaman sendiri berkomunikasi dengan anak autis, atau punya tips yang belum disebut di atas, jangan ragu untuk berbagi. Siapa tahu bisa jadi inspirasi buat orang tua atau pendamping lainnya di luar sana yang juga sedang berjuang.
Terapi adalah metode perawatan yang paling efektif, aman, dan nyaman untuk mengatasi masalah kesehatan seperti ini. Jika Anda memerlukan terapi, silakan hubungi tenaga medis kami. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Rumah Sehat Medical Hacking.
Jangan lewatkan kesempatan bergabung dengan lebih dari 10.897 pasien di Indonesia yang telah merasakan manfaat dan kesembuhan dari layanan kami. Konsultasikan keluhan Anda segera dan dapatkan pemeriksaan dari terapis profesional kami.
