Stop Bullying Sobat Sehat! Pernah nggak sih kamu mendengar cerita tentang perundungan atau bullying di sekolah? Mungkin kamu pernah mengalaminya sendiri, atau melihat teman yang sering dijahati. Bullying bisa berupa kekerasan fisik, perkataan yang menyakiti hati, atau bahkan melalui media sosial. Mirip kayak penyakit, bullying juga bisa berakibat fatal. Contohnya kisah Rebecca Sedwick, seorang remaja putri 12 tahun yang bunuh diri karena tidak tahan dibully teman sekolahnya. Miris banget, kan?
Padahal, sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman buat belajar. Bayangkan kalau kamu deg-degan bukan karena mau ulangan, tapi karena takut bertemu pembully di sekolah. Duh, pasti semangat belajar hilang deh!
Stop Bullying: Lebih dari Sekadar Gangguan
Beda dengan konflik biasa antar teman yang mungkin terjadi sekali-dua kali, bullying itu sifatnya terus-menerus dan ada ketidakseimbangan kekuatan. Misalnya, kamu diejek terus-meneran sama sekelompok kakak kelas yang badannya lebih besar. Jelas ini termasuk bullying, ya kan? Bullying biasanya terjadi di tempat-tempat yang kurang pengawasan, misalnya lapangan saat istirahat atau lorong sekolah. Nggak heran kalau banyak anak yang jadi takut ke sekolah gara-gara bullying.
Dampak Buruk Bullying dan Upaya Pencegahannya
Bullying bisa berdampak buruk kesehatan mental. Anak yang sering dibully bisa jadi stress, cemas, dan susah tidur. Parahnya lagi, kalau dibiarkan, ini bisa berkembang menjadi penyakit mental yang lebih serius. Ngeri banget, kan?
Oleh karena itu, bullying perlu dicegah. Ini bukan cuma tugas guru dan kepala sekolah lho, Sobat Sehat! Semua yang ada di lingkungan sekolah, termasuk kamu dan orangtua, bisa ikut berperan. Gimana caranya? Pertama, ciptakan lingkungan pertemanan yang positif. Kalau kamu melihat teman kamu dibully, jangan ikutan ya! Laporkan ke guru atau orangtua kamu.
Yuk Ciptakan Sekolah yang Bebas Bullying!
Menurut Dokter Nanda, seorang ahli kesehatan jiwa, sekolah yang bebas bullying adalah sekolah yang memiliki iklim yang positif. Selain guru yang sigap menangani kasus bullying, sekolah juga perlu menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang positif dan menanamkan semangat anti-bullying kepada siswanya.
Selain itu, orangtua juga punya peran penting. Jalin komunikasi yang baik dengan anak agar mereka berani cerita kalau mengalami bullying. Orangtua bisa membekali anak dengan kemampuan bersosialisasi dan asertif, yaitu kemampuan untuk bisa berkata “tidak” pada hal-hal yang negatif.
Kesimpulan
Bullying bukanlah hal yang sepele. Bullying bisa berdampak buruk kesehatan mental anak. Untuk mencegahnya, diperlukan kerjasama semua pihak, mulai dari siswa, guru, orangtua, dan staf sekolah lainnya. yuk ciptakan sekolah yang bebas bullying agar anak-anak bisa belajar dengan nyaman dan berprestasi! Jaga kesehatan mentalmu, Sobat Sehat! Karena kesehatan mental yang baik sama pentingnya dengan kesehatan fisik!
He who has health, has hope; and he who has hope, has everything.” – Arabian Proverb.