Berlebihan dalam mengonsumsi makanan dan minuman manis menyebabkan penumpukan gula yang melebihi kebutuhan tubuh. Makanan yang mengandung gula sangat menggoda selera dan dikemas dengan cara yang menarik sehingga membuat orang ketagihan untuk memakannya. Bermunculannya gerai makanan modern, yang belakangan ini sangat digandrungi masyarakat, terutama anak muda, dapat menunjukkan hal ini. Namun, kenikmatan makanan tinggi gula harus diwaspadai oleh masyarakat. Dr. Eva Susanti, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, mengatakan kepada Mediakom pada Kamis, 14 Desember 2023,
“Di balik sensasi rasa yang manis, yang menggoda, tersembunyi ancaman yang dapat merusak kesehatan tubuh secara perlahan-lahan.”
Menurut Diabetes UK, lembaga di Inggris yang mendidik orang tentang diabetes, gula tidak berperan sebagai faktor risiko lahirnya diabetes tipe-1. Namun, untuk diabetes tipe-2 yang lebih kompleks, konsumsi gula berlebihan bukanlah penyebab langsung penyakit diabetes melitus, tetapi dapat menyebabkan kenaikan berat badan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai kenosis.
Hasil dari Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan bahwa populasi kegemukan di Indonesia telah meningkat dari 10,5% pada tahun 2007 menjadi 14,8% pada tahun 2013 dan 21,8% pada tahun 2018. Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan bahwa populasi kegemukan di Indonesia meningkat menjadi 23,4%.
Eva Susanti menyatakan bahwa resistensi insulin dapat disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi, karbohidrat, gula, dan tepung yang tinggi. Pankreas menghasilkan hormon insulin, yang memungkinkan pengaturan pengambilan glukosa.
Hormon ini dilepaskan ketika ada peningkatan kadar glukosa dalam darah, memungkinkan sel-sel mengambil glukosa dari darah untuk dimetabolisme.
Sebaliknya, Eva mengatakan bahwa mengonsumsi makanan dan minuman manis secara berlebihan akan menyebabkan penumpukan gula yang melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh untuk membuat hormon insulin. Akibatnya, kadar gula dalam darah tinggi yang diperiksa lebih tinggi dari normal dan terindikasi untuk diabetes tipe 2.
Eva menjelaskan, “Konsumsi gula yang terus menerus akan menyebabkan resistensi insulin, ketika tubuh tidak bisa menggunakan insulin secara efektif, sehingga kemungkinan terkena diabetes apabila aktivitas fisik tidak diimbangi.”
Eva mengatakan bahwa kelebihan gula dalam tubuh juga bisa menjadi salah satu faktor risiko terkena hipertensi atau tekanan darah tinggi. Karena banyaknya lemak yang ada di tubuh, gula akan menumpuk di dalam sel tubuh dan menjadi lemak, sehingga tekanan darah meningkat. Akibatnya, kita perlu memompa lebih berat untuk memberikan darah ke sel tubuh.
Eva mengusulkan agar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan konsumsi gula setiap hari empat sendok makan atau 50 gram, atau 10 persen dari total energi (200 kilo kalori), agar orang dapat terhindar dari penyakit serius seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan lainnya..”
Meskipun gula berbahaya bagi kesehatan, orang tidak disarankan untuk berhenti mengonsumsinya. Ini karena tubuh masih membutuhkan glukosa untuk menghasilkan energi. Eva mengatakan bahwa beberapa penderita diabetes salah menafsirkan penyakit kencing manis dengan langsung menghentikan konsumsi gula. Namun, hal ini dapat menyebabkan hipoglikemia, kondisi di mana kadar gula dalam darah di bawah normal.
Seperti yang ditulis oleh Diabetes UK, tidak masalah bagi penderita diabetes untuk makan makanan manis sesekali sebagai camilan atau sebagai bagian dari pola makan yang sehat dan seimbang. Selain itu, bagi beberapa penderita diabetes, minuman manis atau tablet glukosa sangat penting untuk mengatasi hipoglikemia, yang merupakan penurunan kadar glukosa darah yang tidak normal.
Situs Diabetes UK memberi tahu orang bahwa konsumsi gula harian tertinggi yang direkomendasikan adalah 30 gram untuk orang dewasa—atau tujuh sendok teh setiap hari. Sebagai contoh, makanan berikut mengandung gula. Mereka mengatakan bahwa satu sendok makan saus tomat mengandung sekitar satu sendok teh gula, dua sendok teh gula dalam sepotong biskuit cokelat, dan tiga sendok teh gula dalam satu porsi kecil kacang panggang. “Anda dapat melihat seberapa cepat sendok teh gula tersebut bertambah,” kata mereka.
Eva memberikan saran untuk mengurangi jumlah gula yang terlalu banyak sekaligus mencegah penyakit serius yang disebabkan oleh gula berlebih. Pertama, perhatikan label makanan untuk mengetahui informasi gizinya. Kedua, pastikan bahwa makanan atau minuman tidak mengandung pemanis tambahan. Ketiga, gabungkan gula dengan protein lemak sehat, serat, dan lemak. Terakhir, masukkan pengurangan gula ke dalam kebiasaan Anda. Dia berkata, “Jadikan mengurangi gula menjadi bagian dari kebiasaan, termasuk mengurangi konsumsi makanan karbohidrat karena gula bukan hanya dalam bentuk gula yang biasa kita makan dan minum, tetapi juga tinggi gulanya.”
Konsumsi makanan dan minuman manis secara berlebihan dapat menyebabkan penumpukan gula dalam tubuh yang melebihi kebutuhan fisiologisnya. Ini terjadi karena makanan dan minuman manis kaya akan gula sederhana, seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa, yang mudah diserap oleh tubuh.
Berikut adalah penjelasan mengenai bagaimana proses ini terjadi dan dampaknya:
- Absorpsi dan Metabolisme Gula: Saat Anda mengonsumsi makanan atau minuman manis, tubuh Anda cepat menyerap gula dan mengubahnya menjadi glukosa, yang merupakan sumber energi utama. Glukosa kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah.
- Peningkatan Gula Darah: Tingginya asupan gula menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Sebagai respons, pankreas mengeluarkan insulin, hormon yang membantu sel-sel tubuh menyerap glukosa dari darah.
- Penyimpanan Gula Berlebih: Jika ada lebih banyak glukosa daripada yang dibutuhkan tubuh, insulin akan membantu menyimpan kelebihan glukosa di hati dan otot dalam bentuk glikogen. Namun, kapasitas penyimpanan glikogen terbatas.
- Konversi ke Lemak: Setelah kapasitas penyimpanan glikogen terpenuhi, glukosa yang berlebih akan diubah menjadi lemak dan disimpan di seluruh tubuh. Ini dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan akumulasi lemak tubuh.
- Resistensi Insulin: Konsumsi gula berlebih dalam jangka panjang bisa menyebabkan sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin (resistensi insulin), meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
- Dampak Kesehatan: Penumpukan gula yang berlebih juga dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan lainnya, termasuk obesitas, penyakit jantung, karies gigi, dan bahkan beberapa jenis kanker.
Dengan demikian, penting untuk membatasi asupan gula demi menjaga keseimbangan gula darah yang sehat dan mencegah komplikasi kesehatan yang terkait dengan konsumsi gula berlebih.