Perbedaan Antara Autisme dan ADHD yang Perlu Anda Tahu

Info Kesehatan Terbaru – Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah autisme dan ADHD, dua kata yang belakangan ini makin sering muncul dalam percakapan, entah di media sosial, artikel parenting, atau saat ngobrol santai dengan teman yang sedang galau soal tumbuh kembang anaknya. Tapi sering kali, orang masih suka bingung: apa sih bedanya autisme dan ADHD? Bukankah sama-sama berhubungan dengan perkembangan anak? Nah, meski keduanya memang masuk dalam kategori gangguan perkembangan saraf (neurodevelopmental disorder), kenyataannya mereka itu beda jalur. Ibaratnya, sama-sama naik kereta, tapi beda tujuan. Mari kita bahas satu per satu, lalu kita lihat titik pertemuan dan perbedaannya.

Baca juga: Peran Terapi Seni dalam Pengelolaan ADHD pada Anak

Autisme: Dunia yang Berwarna tapi Berbeda

Autisme, atau lebih tepatnya Autism Spectrum Disorder (ASD), adalah kondisi yang memengaruhi cara seseorang berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan memproses informasi sensorik. Kata “spectrum” di sini penting, karena gejalanya bisa sangat beragam, ada yang ringan banget sampai yang cukup berat. Jadi, jangan bayangkan autisme itu selalu berarti anak yang tidak bisa bicara atau tidak mau berinteraksi. Enggak sesederhana itu.

Misalnya, ada anak dengan autisme yang sangat peka terhadap suara. Bunyi blender atau suara bel sekolah bisa bikin mereka panik. Ada juga yang sangat fokus pada satu hal, misalnya dinosaurus, kereta api, atau angka, sampai-sampai bisa tahu semua jenis dan sejarahnya, lebih lengkap dari Wikipedia. Tapi di sisi lain, mereka mungkin kesulitan memahami isyarat sosial sederhana, seperti kapan harus berhenti bicara atau bagaimana membaca ekspresi wajah orang lain.

ADHD: Mesin Motor yang Terus Menyala

Sementara itu, ADHD singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, lebih berkaitan dengan masalah perhatian, impulsif, dan hiperaktivitas. Gampangnya, bayangkan anak yang seperti punya baterai tak habis-habis. Mereka susah diam, gampang terdistraksi, dan kadang bertindak tanpa mikir panjang. Tapi bukan berarti mereka nakal atau sengaja bikin ulah, lho. Otak mereka memang bekerja dengan cara yang berbeda.

Seorang anak dengan ADHD mungkin akan kesulitan duduk tenang selama pelajaran, sering lupa mengerjakan PR, atau tiba-tiba nyeletuk saat orang lain masih bicara. Tapi di sisi lain, mereka biasanya punya imajinasi yang kaya, penuh energi, dan bisa sangat focus, asal pada hal yang mereka sukai. Misalnya, saat main game atau menyusun Lego, bisa-bisa mereka duduk berjam-jam tanpa terganggu sedikit pun. Lucu, ya? Tapi begitulah uniknya ADHD.

Mirip, Tapi Tak Sama

Nah, sekarang yang jadi pertanyaan: kenapa autisme dan ADHD sering bikin bingung? Karena memang ada beberapa gejala yang tumpang tindih. Misalnya, kedua kondisi ini sama-sama bisa melibatkan kesulitan dalam fokus, perilaku impulsif, atau tantangan dalam bersosialisasi. Anak dengan autisme bisa tampak tidak fokus karena sedang tenggelam dalam dunianya sendiri, sedangkan anak ADHD bisa kehilangan fokus karena pikirannya lompat-lompat seperti salto.

Satu lagi, dua-duanya juga bisa bikin anak tampak “berbeda” di mata guru atau teman-teman. Mereka mungkin sering salah paham dalam komunikasi, terlihat tidak mengikuti aturan, atau punya cara bermain yang nggak biasa. Tapi penyebabnya bisa sangat berbeda. Kalau anak autisme lebih ke arah kesulitan membaca situasi sosial dan memahami perasaan orang lain, anak ADHD lebih ke arah sulit mengontrol dorongan dan perhatian.

Cara Melihatnya: Contoh Kasus

Coba kita ambil dua contoh nyata. Pertama, ada si Dira, anak berusia 7 tahun yang suka banget dengan angka dan pola. Ia bisa menghafal kalender dari tahun ke tahun, tapi kalau diajak ngobrol, jawabannya pendek dan datar. Di sekolah, dia lebih suka main sendiri dan bisa panik kalau suasana kelas terlalu ramai. Setelah dilakukan evaluasi, ternyata Dira berada dalam spektrum autisme.

Sementara itu, ada juga Rafi, 8 tahun, yang sangat aktif dan ceriwis. Ia bisa lari-lari di dalam kelas tanpa lelah, bicara terus-menerus tanpa jeda, dan sering lupa bawa buku pelajaran. Tapi kalau sedang menggambar atau bermain game, dia bisa fokus seperti laser beam. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Rafi mengalami ADHD.

Dua anak ini sama-sama unik, sama-sama menantang untuk diasuh, tapi butuh pendekatan yang sangat berbeda.

Penanganan: Beda Jalan, Tapi Tujuannya Sama

Satu hal yang penting: baik autisme maupun ADHD bukan penyakit yang bisa disembuhkan dengan obat atau terapi instan. Ini adalah kondisi yang akan menyertai seseorang seumur hidup. Tapi, dengan penanganan yang tepat, mereka bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.

Pada autisme, intervensi yang banyak digunakan misalnya terapi wicara, terapi okupasi, atau Applied Behavior Analysis (ABA). Sementara itu, anak dengan ADHD bisa dibantu dengan terapi perilaku, manajemen waktu, dan dalam beberapa kasus, obat-obatan tertentu seperti stimulan.

Dan yang paling utama: dukungan keluarga dan lingkungan. Ini faktor penentu yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Anak-anak ini butuh ruang untuk menjadi diri sendiri, tanpa selalu dibandingkan atau ditekan untuk “menjadi normal.” Sebab normal itu relatif, bukan

Kenali, Bukan Hakimi

Jadi, jika Anda mengenal anak atau orang dewasa yang tampak “berbeda” entah terlalu tenang, terlalu aktif, susah fokus, atau tidak nyaman dalam pergaulan, jangan buru-buru memberi label atau menghakimi. Bisa jadi, mereka sedang menjalani hidup dengan cara yang berbeda. Autisme dan ADHD bukan kutukan. Bukan juga alasan untuk dikasihani. Mereka adalah bagian dari keragaman cara berpikir manusia.

Yang kita perlukan adalah pemahaman, empati, dan kemauan untuk belajar lebih banyak. Karena saat kita berhenti melihat perbedaan sebagai masalah, di situlah kita mulai menemukan kekuatan dari keunikan setiap individu.

Dan siapa tahu, anak yang hari ini tampak sulit fokus atau terlalu senyap, bisa jadi adalah calon jenius masa depan – dengan cara pandangnya sendiri yang tak biasa.

Terapi adalah metode perawatan yang paling efektif, aman, dan nyaman untuk mengatasi masalah kesehatan seperti ini. Jika Anda memerlukan terapi, silakan hubungi tenaga medis kami. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Rumah Sehat Medical Hacking.

Jangan lewatkan kesempatan bergabung dengan lebih dari 10.897 pasien di Indonesia yang telah merasakan manfaat dan kesembuhan dari layanan kami. Konsultasikan keluhan Anda segera dan dapatkan pemeriksaan dari terapis profesional kami.

Related Posts