Mengungkap Fakta dan Mitos Kanker Paru: Langkah Pencegahan yang Efektif

Kanker paru adalah penyakit yang banyak disalahpahami meskipun prevalensinya tinggi. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan bahwa pada tahun 2018, ada 218.520 kasus baru kanker paru dan 142.080 kematian terkait di Amerika Serikat. Pada tahun 2020, kanker paru merupakan kanker kedua paling umum setelah kanker payudara, dengan 2,21 juta kasus dan 1,8 juta kematian di seluruh dunia.

Dr. Fred R. Hirsch, direktur eksekutif Pusat Keunggulan untuk Onkologi Toraks di Institut Kanker Tisch Mount Sinai di New York City, menyatakan bahwa terdapat beberapa cara untuk mengurangi risiko kanker paru, termasuk pencegahan dan penghentian merokok.

Paparan asap rokok pasif dapat meningkatkan risiko kanker paru sebesar 20-30%. Faktor risiko lain termasuk paparan radon.

Skrening dengan CT scan dosis rendah pada populasi berisiko tinggi dapat mengurangi mortalitas kanker paru lebih dari 20%. Faktor risiko lain termasuk perilaku gaya hidup, olahraga, dan menghindari obesitas.

Tinggal di kota yang tercemar lebih buruk daripada merokok untuk risiko, karena ada bukti kuat bahwa polusi lalu lintas meningkatkan risiko kanker paru. Namun, perbandingan antara polusi dan merokok lebih sulit dilakukan, karena belum diketahui pasti apakah lebih buruk daripada penggunaan produk tembakau.

Berhenti merokok secara signifikan mengurangi risiko

Dan berhenti merokok kapan saja dapat meningkatkan kesehatan dengan menambah tahun kehidupan, bernapas lebih mudah, memiliki lebih banyak energi, dan menghemat uang.

Merokok ganja tidak meningkatkan risiko kanker paru, tetapi studi jangka panjang lebih lanjut diperlukan untuk memahami hubungan antara ganja dan kanker paru. Kesulitan dalam mempelajari hubungan ini adalah bahwa orang yang merokok ganja sering juga merokok tembakau, sehingga lebih sulit untuk memisahkan efek dari masing-masing faktor.

Operasi tidak menyebabkan kanker menyebar, dan disarankan pada tahap awal. Terapi adjuvan, seperti kemoterapi atau imunoterapi, dapat lebih lanjut mengurangi risiko sel kanker di darah, memperpanjang kelangsungan hidup, dan mengurangi risiko kematian. Tidak ada hubungan antara bedak talkum dan risiko yang lebih tinggi, tetapi beberapa studi menunjukkan risiko sedikit lebih tinggi pada orang yang terlibat dalam penambangan dan pengolahan talk.

Kanker paru-paru dapat terdeteksi pada kasus tanpa gejala atau individu dengan gejala pernapasan ringan, membuat skrining pada orang berisiko tinggi menjadi penting.

Kanker paru tidak selalu terminal, karena jika terdeteksi dini, memiliki tingkat kesembuhan lebih dari 60%. Kemajuan dalam terapi dan hasil bagi pasien dengan kanker paru lanjut yang memiliki mutasi genetik tertentu telah sangat luar biasa selama dekade terakhir.

Suplemen antioksidan melindungi terhadap kanker paru, tetapi sebagian besar studi klinis gagal menunjukkan perlindungan yang meyakinkan terhadap kanker paru dalam pengaturan klinis. Studi lebih spesifik pada populasi perokok dan dosis antioksidan yang ditentukan diperlukan.

Merokok bukan satu-satunya faktor risiko untuk kanker paru, karena faktor lain termasuk riwayat keluarga, paparan polusi udara, radon, asbes, radiasi dada sebelumnya, dan penyakit paru kronis.

Penting untuk memahami bahwa kanker paru adalah penyakit yang kompleks dengan berbagai faktor risiko. Mengadopsi gaya hidup sehat, termasuk berhenti merokok, mengurangi paparan polutan, dan menjalani skrining secara teratur untuk individu berisiko tinggi, adalah langkah penting dalam pencegahan dan deteksi dini penyakit ini.

Dari penelitian di atas bisa disimpulkan 12 mitos seputar Penyakit Inflamasi Usus (Inflammatory Bowel Disease atau IBD) yang perlu kita pahami:

  1. IBD sama dengan IBS (Irritable Bowel Syndrome): Ini salah. IBD, termasuk penyakit Crohn dan kolitis ulseratif, adalah kondisi inflamasi kronis pada saluran pencernaan, sedangkan IBS adalah gangguan fungsional yang mempengaruhi bagaimana usus bekerja, tanpa inflamasi.
  2. Stres menyebabkan IBD: Tidak sepenuhnya benar. Stres bisa memperburuk gejala IBD, tetapi bukan penyebab utama IBD. IBD lebih berkaitan dengan faktor genetik dan sistem imun yang tidak berfungsi dengan benar.
  3. IBD dikaitkan dengan tipe kepribadian tertentu: Tidak ada bukti yang mendukung bahwa IBD dikaitkan dengan tipe kepribadian tertentu.
  4. Beberapa orang memiliki Crohn dan kolitis ulseratif: Ini tidak mungkin. Seseorang biasanya memiliki salah satu kondisi tersebut, bukan keduanya. Kedua kondisi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.
  5. Tidak ada perawatan yang dapat meredakan IBD: Salah. Ada banyak opsi pengobatan yang tersedia untuk mengelola IBD, termasuk obat-obatan, terapi biologis, dan kadang-kadang pembedahan.
  6. Semua orang dengan IBD memerlukan operasi: Tidak semua orang dengan IBD memerlukan operasi. Banyak kasus IBD dapat dikelola dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup.

  7. Orang tidak boleh mengonsumsi obat IBD saat hamil: Banyak obat IBD yang aman untuk digunakan selama kehamilan, tetapi sebaiknya diskusikan dengan dokter terlebih dahulu.
  8. Jika gejala hilang, Anda bisa berhenti minum obat: Menghentikan obat tanpa anjuran dokter dapat menyebabkan kambuhnya penyakit. Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum membuat perubahan pada rencana pengobatan.
  9. Diet bebas gluten menyembuhkan IBD: Tidak ada bukti bahwa diet bebas gluten dapat menyembuhkan IBD. Meskipun beberapa pasien mungkin merasa lebih baik dengan perubahan diet, ini bukan pengobatan.
  10. IBD hanya mempengaruhi usus: IBD dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh lainnya, termasuk mata, kulit, dan sendi.
  11. IBD dapat disembuhkan: Saat ini, tidak ada obat untuk IBD, namun banyak pasien dapat mengelola gejalanya dengan pengobatan yang efektif.
  12. Orang dengan IBD tidak bisa menjalani kehidupan normal: Banyak orang dengan IBD dapat menjalani kehidupan yang aktif dan memuaskan dengan pengelolaan yang tepat. Penting untuk memiliki rencana pengobatan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan dukungan yang baik.

Memahami fakta tentang IBD membantu dalam pengelolaan kondisi ini secara lebih efektif dan mengurangi stigma yang seringkali dikaitkan dengan penyakit ini.

Mari kita semua berkomitmen untuk menjaga kesehatan kita. Dengan mengadopsi gaya hidup sehat, termasuk pola makan yang baik, olahraga teratur, dan tidur yang cukup, kita dapat mengurangi risiko berbagai penyakit, termasuk kanker paru. Ingatlah bahwa pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Mari kita jaga kesehatan kita bersama!

sumber: https://www.medicalnewstoday.com/articles/medical-myths-all-about-ibd#12.-People-with-IBD-cannot-lead-a-normal-life

Related Posts