Salam Sobat Sehat! Pernah merasa emosi kayak roller coaster? Sedih banget tiba-tiba bisa marah meledak, rasanya susah diatur deh! Nah, kalau kamu atau orang terdekatmu sering mengalami hal ini, kenali yuk Terapi Dialektis Kelakuan (DBT) atau dikenal dengan Dialectical behavior therapy (DBT) yang bisa bantu “jinakin” emosi!
Mengatur Emosi Like a Boss: Mengenal Terapi Dialektis Kelakuan (DBT)
Emosi yang kuat dan meledak-ledak bisa jadi gejala gangguan kesehatan mental, salah satunya gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder). Kabar baiknya, ada terapi yang efektif buat mengatasinya, yaitu DBT. Tapi DBT nggak cuma buat mengatasi gangguan kepribadian ambang aja lho, tetapi juga bisa membantu mengatasi depresi, gangguan stress pasca trauma (PTSD), gangguan makan, dan kecanduan zat tertentu.
Apa Sih DBT Itu?
Mirip seperti belajar skill baru, DBT mengajarkan kamu berbagai cara untuk mengelola emosi yang kuat, mengatasi situasi sulit, dan membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Mindfulness atau kesadaran penuh menjadi inti dari terapi ini. Kamu akan diajarkan untuk lebih peka terhadap pikiran dan perasaanmu sendiri dengan cara yang obyektif, alias tidak terlalu larut di dalamnya. Dengan begitu, kamu bisa memilih respon yang lebih tepat saat mengalami emosi tersebut.
Siapa yang Butuh DBT?
DBT sudah terbukti efektif untuk mengurangi perilaku mencederai diri sendiri dan usaha bunuh diri yang sering dialami penderita gangguan kepribadian ambang. Selain itu, orang dengan depresi, PTSD, gangguan makan, dan kecanduan zat tertentu juga bisa mendapatkan manfaat dari terapi ini. Bahkan, keterampilan yang diajarkan dalam DBT bisa membantu siapa saja untuk mengelola situasi yang penuh emosi dengan lebih tenang.
Mindfulness: Kunci Mengelola Emosi
Coba bayangkan pikiran kamu seperti awan yang berlalu lalang di langit. Kadang ada awan cerah membawa kebahagiaan, kadang ada awan hitam pembawa kesedihan. Nah, dengan mindfulness, kamu diajarkan untuk mengamati awan-awan tersebut tanpa perlu ikut terbawa pergi olehnya. Dengan begitu, kamu bisa lebih sadar akan pikiran dan perasaanmu, dan akhirnya bisa memilih respon yang lebih tepat untuk mengelolanya.
DBT vs. Terapi Kognitif Kelakuan (CBT)
Sekilas, DBT mirip dengan terapi kognitif kelakuan (CBT) yang berfokus pada mengubah pola pikir negatif. Namun, pada CBT, terapis mungkin akan mengatakan bahwa pikiran negatif kamu “salah”. Hal ini justru bisa membuat orang dengan emosi yang kuat merasa tidak dimengerti.
Bagaimana Kesadaran Dapat Mengubah Cara Orang Mengalami Emosi Kuat?
Banyak orang dalam terapi memiliki emosi yang sangat kuat yang mengarah pada pikiran negatif. Kesadaran dalam DBT mengajarkan orang untuk memperhatikan dengan saksama alam, kualitas, dan volume pikiran mereka. Konsep ini adalah langkah pertama dalam mengatasi dampak pikiran-pikiran tersebut.
Bagaimana DBT Berbeda dari Terapi Behavioral Kognitif?
DBT berasal dari terapi behavioral kognitif (CBT), namun pendekatannya berbeda. DBT mengakui bahwa pikiran dan perasaan seseorang memiliki validitas, bahkan jika terlihat tidak rasional. Ini berbeda dengan CBT yang menganggap pikiran negatif sebagai distorsi yang harus digantikan dengan pikiran yang lebih produktif.
Keterampilan Lain dalam DBT
Selain kesadaran, DBT juga mengajarkan tiga keterampilan utama lainnya: toleransi terhadap distres, regulasi emosi, dan keterampilan interaksi sosial.
Kesimpulan dan Nasehat Sehat
DBT adalah alat yang kuat untuk mengelola emosi yang intens dan meningkatkan kualitas hidup bagi banyak orang. Namun, penting untuk diingat bahwa kesehatan mental adalah komponen penting dari kesehatan secara keseluruhan. Selalu prioritaskan kesehatan mental dan fisik Anda dengan pola hidup yang seimbang, termasuk istirahat yang cukup, makanan yang sehat, dan berolahraga secara teratur.
He who has health, has hope; and he who has hope, has everything.” – Arabian Proverb.