Ciri-ciri Autisme pada Anak Umur Berapa? Anak dengan autisme. Usia menunjukkan beberapa tanda autisme:
1. Gangguan keterampilan komunikasi dan interaksi sosial:
Contoh karakteristik komunikasi sosial dan interaksi sosial yang terkait dengan pengidap autis dapat mencakup:
- tidak memperhatikan anak-anak lain dan ikut bermain dengan mereka pada usia 36 bulan; tidak berpura-pura menjadi guru atau pahlawan super saat bermain pada usia 48 bulan; dan tidak memperhatikan anak-anak lain.
- Pada usia 9 bulan, dia tidak menunjukkan ekspresi wajah apa pun, apakah itu senang, sedih, marah, atau terkejut.
tidak mampu menjaga kontak mata atau menghindarinya - Pada usia 9 bulan, dia tidak menoleh saat dipanggil namanya.
- Pada usia dua belas bulan, tidak memainkan permainan interaktif biasa dan tidak melakukan gerakan apa pun.
- Sebagai contoh, jangan melambaikan tangan.
- tidak menunjukkan minat kepada orang lain pada usia 15 bulan, seperti menunjukkan kepada ibu barang yang mereka sukai.
- Pada usia 18 bulan, dia tidak terlihat menarik.
- Pada usia 24 bulan, tidak memperhatikan ketika orang lain terluka atau kesal.
- tidak bernyanyi, menari, atau berakting sebelum berusia enam puluh bulan.
2. Gangguan perilaku Anak dengan autisme atau minat yang berulang atau tidak terbatas
Contoh perilaku dan minat yang terkait dengan pengidap autis adalah sebagai berikut:
- kecewa saat bermain permainan yang membutuhkan perhatian, seperti menyusun balok-balokan.
- Mengulangi kata atau frasa berulang
- Setiap saat, bermain dengan mainan dengan cara yang sama.
- Fokus pada satu aspek objek. Roda, misalnya.
- Sulit untuk melihat perubahan kecil.
- Sangat tertarik.
- Harus mematuhi prosedur tertentu.
- mengayunkan tubuh, memegang tangan, atau berputar dalam bentuk lingkaran.
- memiliki reaksi yang tidak biasa terhadap suara, bau, rasa, tampilan, atau rasa benda
3. Karakteristik Tambahan Anak dengan autisme Sebagian besar pengidap memiliki ciri-ciri tambahan, seperti:
- Keterampilan berbicara dan bergerak yang tertunda
- Keterampilan kognitif atau belajar yang tertunda; perilaku yang hiperaktif, impulsif, atau lalai.
- epilepsi atau kejang.
- kebiasaan baru tentang makan dan tidur.
- masalah pencernaan seperti sembelit.
- emosi atau perasaan yang tidak biasa.
- Stres, kecemasan, atau kecemasan yang berlebihan
- Kurangnya atau tidak ada rasa takut sama sekali.
Diagnosis Autisme: Gangguan spektrum autisme (ASD) sulit didiagnosis karena tidak ada tes medis seperti tes darah yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kondisi tersebut.
Untuk membuat diagnosis, dokter melihat perilaku dan riwayat perkembangan anak. Gangguan biasanya dapat diidentifikasi sebelum usia 18 bulan atau lebih muda.
Diagnosis sudah dapat dipastikan pada usia dua tahun, tetapi banyak pengidap yang tidak terdiagnosis sampai mereka remaja atau dewasa karena mereka tidak mendapatkan bantuan awal yang mereka butuhkan.
Untuk memastikan bahwa pengidap autis menerima layanan dan dukungan yang mereka butuhkan, diagnosis dini mungkin sangat penting. Tujuannya adalah untuk mencapai potensi terbaik dari dirinya sendiri.
Dalam kebanyakan kasus, diagnosis membutuhkan dua langkah; berikut adalah penjabarannya:
1. Skrining perkembangan: Tujuan dari skrining perkembangan ini adalah untuk memberi tahu dokter apakah anak-anak dapat mengikuti keterampilan dasar seperti belajar, berbicara, perilaku, dan bergerak sesuai usianya.
Anak-anak harus menjalani skrining keterlambatan perkembangan pada usia 9, 18, 24, atau 30 bulan. Pada usia 18 dan 24 bulan, pengidap harus menjalani pemeriksaan khusus.
2. Evaluasi lanjutan: Anak-anak memerlukan evaluasi yang lebih menyeluruh jika mereka menunjukkan tanda-tanda masalah selama pemeriksaan. Tes pendengaran dan penglihatan atau genetik adalah bagian dari prosedur ini.
Dokter juga akan meminta ahli yang berpengalaman dalam menangani autisme, seperti dokter spesialis anak atau psikolog anak. Beberapa psikolog juga dapat memberikan tes Autism Diagnostic Observation Schedule (ADOS).