Kali ini kita akan bahas cara Mencegah Stroke. Stroke merupakan masalah kesehatan yang serius di Amerika Serikat, dengan lebih dari 795.000 kasus per tahun, di mana sekitar 610.000 di antaranya adalah kasus pertama.
Stroke adalah penyebab kedua tertinggi kematian secara global pada tahun 2019, dengan tiga tipe utama: stroke iskemik, stroke hemoragik, dan serangan iskemik sementara (TIA), yang terjadi ketika aliran darah ke otak sementara terhambat.
Ada kesalahpahaman bahwa stroke merupakan masalah jantung, padahal stroke terjadi di otak. Faktor risiko stroke meliputi hipertensi, merokok, kolesterol tinggi, obesitas, diabetes, trauma pada kepala atau leher, dan aritmia jantung.
Faktor gaya hidup seperti olahraga teratur, diet sehat, konsumsi alkohol, dan stres dapat membantu mengurangi risiko ini.
Stroke tidak selalu diturunkan dalam keluarga, namun faktor genetik seperti risiko tinggi untuk hipertensi dapat meningkatkan risiko stroke.
Faktor gaya hidup tidak sehat, terutama bila dikombinasikan dengan faktor risiko genetik, dapat meningkatkan risiko stroke di kalangan anggota keluarga.
Gejala stroke sulit dikenali, dengan akronim “F.A.S.T.” yang merujuk pada penurunan fungsi wajah, kelemahan lengan, kesulitan berbicara, dan waktu untuk memanggil bantuan darurat.
Gejala lain termasuk mati rasa atau kelemahan di wajah, lengan, kaki, atau satu sisi tubuh, kebingungan, kesulitan melihat, berjalan, dan sakit kepala parah tanpa penyebab yang diketahui.
Stroke dapat diobati dengan terapi darurat, termasuk injeksi obat pelarut gumpalan darah, trombektomi mekanik minimal invasif, atau operasi. S
emakin cepat pasien tiba di rumah sakit, semakin besar kemungkinan hasil yang baik.
Usia merupakan faktor risiko yang signifikan untuk stroke, dengan risiko stroke meningkat dua kali lipat setiap sepuluh tahun setelah usia 55 tahun.
Namun, stroke dapat terjadi pada usia berapa pun, dengan 34% kasus stroke pada tahun 2009 terjadi pada orang di bawah usia 65 tahun.
Stroke dapat memiliki berbagai gejala, dan beberapa studi menunjukkan bahwa stroke tanpa gejala lebih umum daripada stroke dengan gejala.
Stroke diam yang muncul pada MRI sebagai bercak putih akibat jaringan parut setelah pembuluh darah tersumbat atau pecah harus diobati sama seperti stroke dengan gejala, karena meningkatkan risiko stroke simptomatik di masa depan, penurunan kognitif, dan demensia.
Serangan iskemik sementara (TIA) atau ‘ministroke’ memerlukan penanganan darurat untuk mencegah stroke besar yang menghancurkan. Stroke merupakan penyebab utama disabilitas jangka panjang, tetapi tidak semua orang yang mengalami stroke akan mengalami kelumpuhan atau kelemahan.
Pemulihan dari stroke bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dan banyak yang tidak pulih sepenuhnya.
Asosiasi Stroke Amerika melaporkan bahwa di antara para penyintas stroke, 10% akan pulih hampir sepenuhnya, 10% memerlukan perawatan di panti jompo atau fasilitas jangka panjang lainnya, 25% pulih dengan gangguan ringan, dan 40% mengalami gangguan sedang hingga berat.
Ada jendela waktu kritis antara 2-3 bulan setelah onset stroke, di mana rehabilitasi motor intensif lebih mungkin mengarah pada pemulihan. Setelah jendela waktu ini, perbaikan masih mungkin tetapi cenderung lebih lambat.
Mengenai mitos-mitos seputar stroke yang disebutkan di atas bisa disimpulkan:
- Stroke adalah Masalah Jantung: Ini salah. Stroke terjadi di otak, bukan di jantung. Meskipun faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi dapat berkontribusi pada stroke, stroke sendiri adalah kondisi di mana terjadi gangguan aliran darah ke otak.
- Stroke Tidak Bisa Dicegah: Ini tidak benar. Banyak stroke bisa dicegah dengan mengelola faktor risiko seperti hipertensi, merokok, obesitas, dan diabetes, serta menjalani gaya hidup sehat termasuk diet yang baik dan olahraga teratur.
- Stroke Tidak Diturunkan dalam Keluarga: Walaupun stroke bukanlah penyakit yang sepenuhnya diturunkan, adanya riwayat keluarga dengan stroke dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke, terutama jika dikombinasikan dengan faktor gaya hidup tidak sehat.
- Gejala Stroke Sulit Dikenali: Gejala stroke bisa dikenali dengan menggunakan akronim “F.A.S.T.” (Face, Arms, Speech, Time), yang membantu mengidentifikasi tanda-tanda awal seperti wajah melorot, kelemahan lengan, dan kesulitan berbicara.
-
Stroke Tidak Dapat Diobati: Stroke dapat diobati, terutama jika ditangani segera. Pengobatan bisa meliputi obat pelarut gumpalan darah, intervensi mekanik untuk menghilangkan gumpalan, atau operasi. Semakin cepat pengobatan dimulai, semakin baik hasilnya.
- Stroke Hanya Terjadi pada Lansia: Stroke bisa terjadi pada usia berapa pun, meskipun risikonya meningkat dengan bertambahnya usia. Sejumlah besar stroke terjadi pada orang di bawah usia 65 tahun.
- Semua Stroke Memiliki Gejala: Ada stroke yang tidak memiliki gejala, yang dikenal sebagai stroke diam. Stroke diam hanya bisa dideteksi melalui MRI dan tetap berisiko meningkatkan kemungkinan stroke simptomatik di masa depan.
- Ministroke Tidak Berisiko Tinggi: Serangan iskemik sementara (TIA) atau ministroke tetap serius dan bisa menjadi tanda peringatan untuk stroke yang lebih besar. TIA memerlukan penanganan medis segera.
- Stroke Selalu Menyebabkan Kelumpuhan: Tidak semua orang yang mengalami stroke akan mengalami kelumpuhan atau kelemahan. Dampak stroke bervariasi tergantung pada area otak yang terpengaruh dan tingkat keparahan.
- Pemulihan dari Stroke Terjadi Cepat: Proses pemulihan stroke bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, dan tidak semua orang pulih sepenuhnya. Pemulihan cepat jarang terjadi dan banyak yang mengalami gangguan sedang hingga berat setelah stroke.
Memahami fakta-fakta ini penting untuk mengenali dan menanggapi stroke secara tepat, serta untuk mengadopsi gaya hidup yang dapat membantu mencegah terjadinya stroke.
Pencegahan stroke melibatkan pengelolaan faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi, merokok, dan obesitas.
Gaya hidup sehat, termasuk olahraga teratur, diet seimbang, dan pengurangan stres, adalah kunci dalam mengurangi risiko stroke. Penting juga untuk memahami dan mengenali gejala stroke agar dapat segera mendapatkan pertolongan.
Kesadaran akan risiko dan gejala stroke dapat menyelamatkan nyawa. Mari kita semua berkomitmen untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat, termasuk tidur yang cukup, makan yang sehat, dan olahraga teratur, untuk menjaga kesehatan kita dan mengurangi risiko stroke. Selalu ingat, pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Mari kita jaga kesehatan kita bersama!