Mencegah Perundungan di Sekolah

Mencegah Perundungan di Sekolah adalah masalah serius yang terjadi di sekolah-sekolah di seluruh Amerika Serikat. Meski negara bagian mewajibkan sekolah memiliki kebijakan anti-perundungan, kasus perundungan tetap meningkat dalam tiga tahun terakhir. Perundungan bisa berupa intimidasi pemain basket senior terhadap pemain baru, ejekan berulang terhadap teman sekelas yang imigran, atau isolasi yang dialami seorang siswi oleh teman-temannya.

Perundungan bisa terjadi di mana saja, bahkan di sekolah dengan prestasi terbaik. Perundungan berdampak buruk bagi semua pihak: korban, saksi, bahkan pelakunya sendiri. Oktober adalah Bulan Pencegahan Perundungan Nasional di Amerika Serikat. Ini saat yang tepat untuk mencari tahu cara terbaik mencegah perundungan di sekolah.

Artikel ini membahas penelitian yang menganalisis berbagai upaya pencegahan perundungan di sekolah nyata. Penelitian ini dilakukan bersama Marc Brackett dari Pusat Kecerdasan Emosional Yale.

Program Anti-Perundungan yang Kurang Efektif

  • Fokus pada Hukuman: Program yang hanya mengandalkan hukuman dan kebijakan tanpa toleransi tidak efektif dan dapat berdampak tidak adil pada siswa minoritas.
  • Mediasi Antar-Pelajar: Meminta anak-anak untuk menyelesaikan konflik sendiri kurang efektif.
  • Kurangnya Penelitian: Banyak program yang digunakan sekolah belum diteliti efektivitasnya.

Pendekatan yang Efektif

  • Iklim Sekolah yang Positif
    • Menghargai perasaan dan hubungan antar siswa.
    • Membangun budaya positif di antara siswa dan guru.
    • Kepemimpinan yang tegas terhadap perundungan.
    • Guru yang siap menangani perundungan dan memiliki empati terhadap siswa.
    • Keterlibatan semua pihak: siswa, orang tua, guru, dan kepala sekolah.
  • Pembelajaran Sosial dan Emosional (SEL)
    • Mengajarkan keterampilan kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan pengelolaan hubungan.
    • Memiliki efek jangka panjang yang positif pada kesehatan mental, regulasi diri, hubungan antar siswa, dan perilaku prososial siswa.
    • Mengurangi kecemasan, depresi, konflik, agresi, perundungan, dan prasangka negatif.
    • Meningkatkan prestasi akademis, kreativitas, dan kepemimpinan.
    • Memiliki manfaat lintas generasi (anak dari orang tua yang mengikuti program SEL memiliki tingkat kriminalitas yang lebih rendah dan pencapaian pendidikan dan pekerjaan yang lebih tinggi).

Implementasi SEL yang Efektif

  • Sesuai Usia: Kurikulum SEL harus disesuaikan dengan perkembangan anak di setiap usia.
  • Berkelanjutan: Keterampilan SEL harus diintegrasikan ke seluruh kurikulum dan kegiatan sekolah.
  • Melibatkan Orang Tua: Orang tua berperan penting dalam mencegah perundungan di rumah.
  • Mengubah Pola Pikir Masyarakat: Masyarakat perlu lebih peduli terhadap perasaan anak-anak.

Membangun Iklim Sekolah yang Positif

Iklim sekolah bisa sulit untuk didefinisikan, meskipun dapat diukur. Iklim sekolah adalah “rasa” dari berada di sekolah, yang bisa muncul dari sapaan, cara penyelesaian masalah, atau bagaimana orang bekerja sama; itu adalah “jiwa” sekolah, “kualitas dan karakter” sekolah. Sekolah dengan iklim positif memfasilitasi perkembangan yang sehat, sementara iklim sekolah yang negatif terkait dengan tingkat bullying, agresi, viktimisasi, dan perasaan tidak aman yang lebih tinggi.

Elemen-elemen iklim yang positif mungkin bervariasi, tetapi seringkali mencakup norma-norma tentang perasaan dan hubungan, kekuasaan dan bagaimana itu diekspresikan, dan konsumsi media. Rekayasa norma sosial adalah proses sadar yang membangun budaya positif di antara teman sebaya dan dewasa sekolah yang menjadi mandiri. Seperti sistem kekebalan tubuh yang sehat, iklim sekolah yang positif mempromosikan kesehatan optimal dan mengurangi kemungkinan disfungsi atau penyakit.

Kepemimpinan adalah kunci untuk iklim yang positif

Apakah bullying dianggap sebagai “ritual normal masa kanak-kanak,” atau diakui sebagai pelecehan sebaya yang merugikan? Apakah pemimpin memahami bahwa bullying yang tidak terganggu dan parah dapat memberikan konsekuensi negatif seumur hidup bagi korban bullying, pelaku bullying, dan saksi?

Apakah pemimpin sekolah berkomitmen untuk mempromosikan kesehatan psikologis positif semua anak, atau mereka terlalu mengandalkan hukuman terhadap perilaku buruk?

Dapatkah mereka membedakan antara proses perkembangan yang tipikal yang memerlukan bimbingan dengan bullying yang membutuhkan intervensi tegas? Apakah pendidik empatik terhadap siswa mereka, dan menghargai perasaan anak-anak?

Apakah guru-guru siap mengatasi bullying?

Selanjutnya, apakah guru-guru siap mengatasi bullying? Siswa secara konsisten melaporkan bahwa guru-guru melewatkan kebanyakan insiden bullying dan gagal membantu siswa ketika diminta. Sebagian besar guru melaporkan bahwa mereka merasa kurang siap untuk menangani bullying di kelas.

Beberapa guru bahkan membully siswa mereka sendiri, atau menunjukkan kurangnya empati terhadap anak-anak yang dibully. Guru melaporkan bahwa mereka menerima sedikit panduan dalam “manajemen kelas,” dan kadang-kadang beralih ke strategi disiplin yang mereka pelajari dari keluarga mereka sendiri saat masih kecil.

Reformasi iklim sekolah

Namun, reformasi iklim sekolah harus melibatkan semua pihak yang terlibat—siswa dan orangtua, serta administrator dan guru—sehingga masalah-masalah khusus sekolah dapat diatasi, dan citra budaya lokal tetap dipertahankan. Penilaian iklim sekolah dapat diselesaikan secara berkala untuk melacak dampak perbaikan.

Perundungan bukan masalah anak-anak saja, tetapi masalah sosial yang luas. Sekolah, orang tua, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi anak-anak. Dengan menerapkan program pencegahan yang tepat, kita bisa mencegah perundungan dan membantu anak-anak berkembang dengan baik.

Related Posts