Mencari Ketenangan di Tengah Gelombang Kehidupan

Krisis Pertengahan Usia. Generasi X, para wanita berusia empat puluhan dan lima puluhan, kini tengah menghadapi krisis pertengahan usia yang unik. Mereka merasa lelah, ragu pada diri sendiri, dan dihantui berbagai pikiran di malam hari, mulai dari tagihan, hutang, perbaikan rumah, pengasuhan anak, perawatan orang tua, hingga kekhawatiran karier, gejala perimenopause, dan kehidupan rumah tangga.

Ada Calhoun, penulis buku Why We Can’t Sleep: Women’s New Midlife Crisis, menjelaskan bahwa para wanita ini lelah, tertekan, dan merasa gagal. Keputusasaan mereka bukan berasal dari penampilan yang menua, namun sesuatu yang jauh lebih besar. Calhoun percaya bahwa masalah utama terletak pada pesan yang mereka terima sejak muda: para wanita Gen X dibesarkan dengan manifesto tahun 1982 karya Helen Gurley Brown, Having It All: Love, Success, Sex, Money — Even if You’re Starting With Nothing. Ide ini membuat para wanita kelahiran tahun 1970-an dan 1980-an percaya bahwa mereka bisa memiliki, melakukan, dan menjadi segalanya.

Fenomena “Having It All” dan Dampaknya pada Wanita Gen X

Calhoun berpendapat bahwa meskipun pesan kesetaraan potensi antara perempuan dan laki-laki itu benar dan disambut baik, pada kenyataannya hidup jauh lebih rumit. Bekerja secara remote (dari jarak jauh) tidak berarti harus bekerja sepanjang waktu. Para wanita perlu menyeimbangkan pekerjaan dengan istirahat yang cukup dan meluangkan waktu untuk diri sendiri.

Mimpi Amerika yang Tak Terwujud dan Dampak Media Sosial

Dalam bukunya, Calhoun membahas feminisme, harga diri, media sosial, dan kualitas tidurnya. Ia juga menjelaskan tentang penyebab dan faktor risiko dermatitis atopik dan bagaimana mimpi Amerika ternyata tidak selalu berlaku bagi wanita berusia empat puluhan dan lima puluhan. Calhoun berpendapat bahwa pesan-pesan budaya yang selama ini diyakini para wanita ternyata tidak sepenuhnya benar. Mimpi Amerika pun tak selalu terwujud bagi mereka.

Para wanita saat ini menghadapi berbagai tantangan, termasuk minimnya pencapaian dan perasaan malu serta gagal. Calhoun menekankan bahwa ini bukan sekadar sifat kepribadian atau dialami kelompok wanita tertentu yang merasa berhak atas segalanya. Media sosial pun berperan besar dalam memengaruhi persepsi diri wanita, terutama ketika membandingkan diri dengan orang lain yang terlihat sukses.

Media sosial, menurut Calhoun, dapat memperkuat rasa takut tidak berprestasi cukup dan memperparah perasaan gagal. Banyak wanita merasa ada yang kurang dalam hidup mereka, meskipun mereka tidak menginginkan anak, pasangan, atau karier yang sebesar impian mereka di masa lalu.

Calhoun mempertanyakan apakah media dan para ibu secara sengaja mencoba menipu para wanita dengan mitos “having it all”. Ia berpendapat bahwa para ibu memiliki niat baik, karena mereka ingin para putrinya mencapai apa yang tidak mereka bisa raih dulu. Calhoun mewawancarai ratusan wanita Gen X kelas menengah di seluruh Amerika Serikat, yang banyak di antaranya berusaha mewujudkan impian ibu mereka.

Baca juga: Krisis Pertengahan Usia: Mengapa Generasi X Lebih Rentan?

Pengalaman Pribadi sang Penulis dan Harapan ke Depan

Calhoun berbagi pengalaman pribadinya: merasa tua dan lelah setelah bekerja berjam-jam namun tetap menghadapi masalah keuangan. Ia pernah terjebak dalam pemikiran bahwa hanya dirinya sendiri yang menjadi penghalang kesuksesannya. Namun, pada kenyataannya, hal itu tidak sepenuhnya benar.

Calhoun menjelaskan bahwa ia tidak mendapatkan lebih banyak uang setelah bekerja lama karena melamar puluhan pekerjaan namun tak kunjung diterima. Dunia media telah berubah drastis dalam 20 tahun terakhir. Dulu, ia bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan sebagai editor, namun sekarang situasinya berbeda.

Calhoun juga menyoroti mimpi Amerika yang tak lagi realistis, dengan biaya hidup dan perumahan yang semakin tinggi, serta tingginya utang. Faktor-faktor ini berkontribusi pada perasaan gagal dan frustrasi di kalangan wanita.

Kesimpulan

Krisis pertengahan usia pada wanita dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tanggung jawab yang tinggi, tekanan finansial, ketidakamanan pekerjaan, dan biaya hidup yang terus meningkat. Generasi X memiliki utang pribadi $36.000 lebih banyak dibandingkan generasi lainnya.

Para wanita yang mengalami krisis pertengahan usia sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan mental. Mereka dapat membantu mengelola stres, memperbaiki pola tidur, dan menciptakan gaya hidup yang lebih sehat. Penting untuk diingat bahwa krisis pertengahan usia bukanlah akhir dari segalanya. Ini adalah fase untuk mengevaluasi pencapaian, melepaskan ekspektasi yang tidak realistis, dan membangun kehidupan yang lebih sesuai dengan diri sendiri saat ini.

Baca juga: Mengenal Midlife Crisis: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Tips Menjalani Krisis Pertengahan Usia dengan Tenang

Krisis pertengahan usia memang terasa berat dan penuh dengan keraguan. Namun, dengan langkah-langkah berikut, Anda dapat menjalaninya dengan lebih tenang:

1. Sadari dan Terima Keadaan Anda

Langkah pertama adalah mengakui dan menerima bahwa Anda sedang mengalami krisis pertengahan usia. Ini adalah hal yang wajar dan dialami oleh banyak orang. Menyangkalnya hanya akan memperburuk keadaan.

2. Luangkan Waktu untuk Diri Sendiri

Di tengah kesibukan Anda, penting untuk meluangkan waktu untuk diri sendiri. Lakukan hal-hal yang Anda sukai, seperti membaca buku, berolahraga, atau menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih.

3. Bicarakan Perasaan Anda

Bicarakan perasaan Anda kepada orang yang Anda percayai, seperti teman, keluarga, atau terapis. Berbagi perasaan dapat membantu Anda merasa lebih baik dan mendapatkan dukungan.

4. Evaluasi Pencapaian dan Tujuan Anda

Luangkan waktu untuk merenungkan pencapaian Anda selama ini dan tujuan yang ingin Anda capai di masa depan. Ini dapat membantu Anda melihat sisi positif dari hidup Anda dan memotivasi Anda untuk terus maju.

5. Tetapkan Batasan yang Sehat

Belajarlah untuk mengatakan “tidak” pada hal-hal yang tidak dapat Anda lakukan atau tidak ingin Anda lakukan. Penting untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan kesehatan Anda.

6. Rawat Diri Anda

Pastikan Anda makan makanan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan cukup tidur. Merawat diri Anda secara fisik dan mental dapat membantu Anda merasa lebih baik secara keseluruhan.

7. Cari Bantuan Profesional

Jika Anda merasa kewalahan dan tidak dapat mengatasi krisis pertengahan usia sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Seorang terapis dapat membantu Anda memahami apa yang Anda alami dan mengembangkan strategi untuk mengatasinya.

8. Temukan Komunitas yang Mendukung

Bergabunglah dengan komunitas atau kelompok yang terdiri dari orang-orang yang mengalami krisis pertengahan usia. Berbagi pengalaman dan saling mendukung dapat membantu Anda merasa lebih baik dan tidak sendirian.

9. Jangan Bandingkan Diri Anda dengan Orang Lain

Setiap orang memiliki perjalanan hidupnya sendiri. Jangan bandingkan diri Anda dengan orang lain, karena hal itu hanya akan membuat Anda merasa lebih buruk. Fokuslah pada pencapaian dan tujuan Anda sendiri.

10. Bersyukurlah untuk Apa yang Anda Miliki

Luangkan waktu untuk bersyukur atas hal-hal baik dalam hidup Anda, baik itu besar maupun kecil. Bersyukur dapat membantu Anda fokus pada hal-hal positif dan meningkatkan kebahagiaan Anda.

Krisis pertengahan usia memang terasa berat, tetapi ini bukan akhir dari segalanya. Dengan langkah-langkah dan saran di atas, Anda dapat menjalaninya dengan lebih tenang dan keluar dari krisis ini dengan lebih kuat. Ingatlah bahwa Anda tidak sendirian, dan ada banyak sumber daya yang tersedia untuk membantu Anda.

Related Posts