Salam Sobat Sehat! Soal Menangani Bullying di Sekolah. Pernah nggak sih kamu merasa bete terus-menerusan, susah tidur, atau males ngapa-ngapain? Nah, itu bisa jadi gejala kesehatan mental yang sedang terganggu. Apalagi kalau kamu merasa sering dibully atau dijahati teman. Duh, pasti tambah nggak enak, ya kan?
Bullying atau perundungan itu nggak cuma kekerasan fisik seperti dipukul atau dicubit. Kata-kata negatif,hinaan, atau sengaja dikucilkan juga termasuk bullying, lho. Ini bisa bikin kamu merasa tertekan, cemas, dan sedih berkepanjangan. Mirip kayak badan kita yang lagi sakit, kesehatan mental juga butuh dijaga!
Bullying di sekolah bukan hanya merupakan masalah perilaku yang merugikan, tetapi juga memiliki dampak serius pada kesehatan mental remaja. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tingkat bullying dan masalah kesehatan mental remaja cenderung meningkat dari waktu ke waktu, dengan temuan menarik tentang hubungan antara bullying dan kesehatan mental yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.
Artikel ini baru setengah jalan, nih. Yuk kita lanjut baca bagian keduanya biar kamu semakin paham tentang hubungan antara bullying dan kesehatan mental.
Studi Membuktikan Hubungan Bullying dan Kesehatan Mental
Para peneliti di Swedia melakukan penelitian terhadap remaja berusia 15-18 tahun. Mereka menyelidiki apakah ada hubungan antara pernah dibully dengan kesehatan mental remaja tersebut. Hasilnya? Ternyata remaja yang pernah menjadi korban bullying lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental.
Gimana gambaran kesehatannya mental yang terganggu? Coba bayangkan gini. Kesehatan mental yang baik itu seperti badan kita yang lagi fit. Kita bisa beraktivitas dengan semangat, bisa belajar dengan fokus, dan bisa bergaul dengan teman-teman dengan senang. Sebaliknya, kesehatan mental yang terganggu itu kayak badan kita lagi sakit. Kita jadi mudah lelah, susah konsentrasi, dan semangat menurun.
Remaja yang dibully mengalami hal yang mirip. Mereka sering merasa sedih, cemas, susah tidur, dan males ngapa-ngapain. Parahnya lagi, kalau dibiarkan, ini bisa berkembang menjadi penyakit mental yang lebih serius. Duh, ngeri banget, kan?
Masalah kesehatan mental
Bullying melibatkan tindakan yang merugikan secara berulang antara teman sebaya di mana terjadi ketidakseimbangan kekuasaan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa bullying memiliki dampak serius pada kesehatan mental anak dan remaja, termasuk gejala parah masalah kesehatan mental, seperti melukai diri sendiri dan kecenderungan bunuh diri. Namun, ada kebutuhan untuk lebih memahami bagaimana perubahan lingkungan sekolah dan faktor-faktor lainnya dapat memoderasi hubungan antara bullying dan masalah kesehatan mental.
Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi prevalensi bullying di sekolah dan masalah kesehatan mental remaja di Swedia selama periode 2014-2020. Selain itu, studi ini juga mencari hubungan antara pengalaman bullying di sekolah dan masalah kesehatan mental remaja, serta mempertimbangkan peran faktor-faktor demografis, sosioekonomi, dan terkait sekolah.
Kesehatan mental remaja cenderung meningkat dari tahun ke tahun
Data diambil dari survei sekolah Stockholm yang dilakukan setiap dua tahun oleh siswa di sekolah menengah dan sekolah menengah atas. Pertanyaan dalam survei ini berkaitan dengan keadaan kehidupan siswa, termasuk pendapatan, pekerjaan sekolah, bullying, penggunaan narkoba, kesehatan, dan kejahatan. Survei ini diisi secara mandiri oleh siswa dan hasilnya diolah untuk mengevaluasi prevalensi bullying di sekolah dan masalah kesehatan mental.
Hasil survei menunjukkan bahwa prevalensi bullying di sekolah mengalami peningkatan minimal antara 2014 dan 2020, sementara masalah kesehatan mental remaja cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Prevalensi masalah kesehatan mental lebih tinggi pada remaja perempuan dibandingkan dengan remaja laki-laki, dan juga lebih tinggi pada remaja yang lebih tua. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa pengalaman bullying di sekolah berhubungan dengan peningkatan risiko masalah kesehatan mental remaja, dan hubungan ini tetap signifikan setelah mempertimbangkan faktor-faktor demografis, sosioekonomi, dan terkait sekolah.
Peran Orangtua dan Teman dalam Mencegah Bullying
Menurut Dokter Nanda, seorang ahli kesehatan jiwa, peranan orangtua dan teman sebaya sangat penting dalam mencegah dan mengatasi bullying. Orangtua perlu lebih peka terhadap perubahan perilaku pada anak. Kalau anak terlihat murung atau malas ke sekolah, orangtua harus bisa diajak ngobrol dan mencari tahu penyebabnya.
Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan pertemanan yang positif. Kalau kamu melihat teman kamu dibully, jangan ikutan ya, Sobat Sehat! Kamu bisa membela temanmu atau melapor ke guru atau orangtua. Ingat, mencegah bullying itu lebih baik daripada mengobati!
Kesimpulan
Bullying bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mental remaja. Remaja yang dibully lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental seperti stress, cemas, dan susah tidur. Oleh karena itu, penting untuk kita semua, baik orangtua maupun remaja, untuk ikut berperan aktif dalam mencegah bullying. Jaga kesehatan mentalmu, Sobat Sehat! Dengan pola hidup sehat, termasuk istirahat cukup, makan makanan bergizi, dan olahraga teratur, kamu bisa memiliki mental yang kuat dan terhindar dari bullying.
Studi ini menyoroti pentingnya mengatasi masalah bullying di sekolah sebagai upaya untuk melindungi kesehatan mental remaja. Temuan kami menunjukkan bahwa pengalaman bullying di sekolah berpotensi merugikan kesehatan mental remaja dan bahwa langkah-langkah pencegahan bullying perlu ditingkatkan untuk mengurangi dampak negatifnya. Selain itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami lebih dalam faktor-faktor yang dapat memoderasi hubungan antara bullying dan masalah kesehatan mental, sehingga intervensi yang lebih efektif dapat dikembangkan.
He who has health, has hope; and he who has hope, has everything.” – Arabian Proverb.