Kenali Yuk Tanda Autisme pada Anak Usia 3 Tahun

Pernah dengar tentang Tanda Autisme pada Anak Usia 3 Tahun? Mungkin terbayang anak yang susah ngobrol atau suka ngelakuin hal berulang-ulang. Yup, bener! Tapi autisme nggak cuma itu, dan gejalanya bisa lebih jelas terlihat saat anak berusia 3 tahun. Yuk kita bahas santai supaya Sobat Sehat bisa kenali tanda-tandanya dan bantu tumbuh kembang anak dengan autisme.

Memahami Dunia Autisme: Navigasi Menuju Kesehatan Mental yang Lebih Baik

Pernahkah kamu bertanya-tanya, “Apa itu Autisme Spectrum Disorder (ASD)?” Coba bayangkan sebuah pelangi dengan berbagai warnanya. Seperti pelangi, autisme memiliki spektrum yang luas dan beragam. Di Amerika, 1 dari 59 anak terdiagnosa autisme, biasanya setelah usia tiga tahun, meskipun tanda-tandanya bisa dikenali lebih awal. Deteksi dini dan intervensi adalah kunci dalam membantu perkembangan anak-anak ini.

Bayangkan autisme kayak kacamata unik yang dipakai anak melihat dunia. Kacamata ini nggak bikin mereka sakit, tapi cara mereka “baca” dan merasakan hal sekitar bisa berbeda. Mereka mungkin lebih sensitif terhadap suara, lampu, atau keramaian, atau bingung memahami perasaan orang lain.

Ciri-ciri autisme pada anak usia 3 tahun:

  • Susah berteman: Mereka mungkin jarang bermain dengan teman sebaya, lebih suka main sendiri, atau bingung gimana caranya memulai bermain.
  • Sulit ngobrol: Bicaranya mungkin terlambat, terbata-bata, atau ngulang kata terus-menerus. Mereka juga mungkin susah ngerti obrolan orang lain.
  • Suka rutinitas: Suka dengan jadwal dan kegiatan yang terpola. Perubahan kecil aja bisa bikin mereka bingung dan tantrum.
  • Suka ngelakuin hal berulang: Mainnya mungkin memutar mobil-mobilan berulang-ulang, ngelambatin kipas angin, atau ngeliatin lampu nyala mati.
  • Sensitif: Suara kenceng, lampu terang, atau sentuhan tertentu bisa bikin mereka nggak nyaman, bahkan kesal.
  • Makan atau tidur nggak teratur: Ada yang susah makan makanan tertentu, makan dengan cara unik, atau susah tidur nyenyak.
  • Kurang nanggap: Panggil namanya berkali-kali tapi nggak nengok, atau bingung ngerti instruksi sederhana.

Gejala autisme berbeda-beda pada setiap individu, seperti pelangi dengan warna-warna yang berbeda intensitasnya. Beberapa anak mungkin mengalami kesulitan besar dalam kehidupan sehari-hari, sementara yang lain bisa cukup mandiri. Tidak ada obat untuk autisme, namun dengan dukungan yang tepat, gejala dapat membaik.

Pada beberapa anak, gejala autisme terlihat dalam beberapa bulan pertama kehidupan, sementara yang lainnya mungkin tidak menunjukkan gejala hingga usia dua tahun. Gejala ringan mungkin sulit dikenali dan sering kali dianggap sebagai sifat pemalu atau fase “terrible twos” yang biasa.

Tanda-tanda autisme pada anak berusia tiga tahun meliputi kemampuan sosial, keterampilan bahasa dan komunikasi, perilaku tidak teratur, impulsivitas, agresi, melukai diri sendiri, amukan yang terus-menerus dan parah, reaksi tidak biasa terhadap suara, bau, rasa, tampilan, atau sentuhan, kebiasaan makan dan tidur yang tidak teratur, dan kurangnya rasa takut atau lebih takut dari yang diharapkan.

Ingat, deteksi dini itu penting! Tanda Autisme pada Anak Usia 3 Tahun

Semakin cepat ditangani, semakin baik perkembangan anak dengan autisme. Jadi, kalau Sobat Sehat ngelihat tanda-tanda ini, jangan ragu konsultasi ke dokter anak atau spesialis.

Gejala autisme umumnya sama untuk anak laki-laki dan perempuan, tetapi autisme lebih sering didiagnosis pada anak laki-laki. Misalnya, ketertarikan berlebihan pada kereta api atau dinosaurus sering terlihat, sementara anak perempuan mungkin menunjukkan perilaku yang kurang mencolok. Anak perempuan dengan fungsi tinggi juga lebih mudah meniru perilaku sosial rata-rata, membuat gangguan mereka kurang terlihat.

Autisme bukan salah siapa pun!

Jangan merasa bersalah ya, Sobat Sehat. Autisme bukan karena pola asuh atau kesalahan orang tua. Yuk dukung anak dengan autisme dengan penuh kasih sayang dan berikan mereka lingkungan yang nyaman dan inklusif.

Autisme diklasifikasikan menjadi tiga tingkat berdasarkan tingkat dukungan yang dibutuhkan. Tingkat 1 ditandai dengan sedikit minat dalam interaksi sosial, kesulitan memulai interaksi sosial, dan kesulitan beradaptasi dengan perubahan rutinitas atau perilaku. Tingkat 2 ditandai dengan kesulitan mengatasi perubahan rutinitas atau lingkungan, kurangnya keterampilan komunikasi verbal dan nonverbal yang signifikan, tantangan perilaku yang parah, perilaku berulang yang mengganggu kehidupan sehari-hari, minat yang sempit dan spesifik, dan membutuhkan dukungan sehari-hari. Tingkat 3 ditandai dengan gangguan verbal yang signifikan atau nonverbal, kemampuan terbatas untuk berkomunikasi, keinginan yang sangat terbatas untuk terlibat secara sosial, kesulitan ekstrem menghadapi perubahan yang tidak terduga, stres yang besar, dan perilaku berulang yang menyebabkan gangguan signifikan.

Diagnosis ASD tidak didasarkan pada tes darah atau pencitraan, tetapi pada pengamatan dan pemantauan perkembangan anak.

Dokter mungkin merekomendasikan melihat spesialis untuk pemeriksaan yang lebih komprehensif, yang mungkin termasuk tes medis, skrining pendengaran dan penglihatan, dan wawancara dengan orang tua. Intervensi dini sangat penting untuk meningkatkan hasil gangguan anak, dan semua negara bagian diwajibkan untuk menyediakan pendidikan yang memadai kepada anak-anak sekolah di bawah Individuals with Disabilities Education Act (IDEA). Kebanyakan negara bagian juga memiliki program intervensi dini untuk anak-anak berusia tiga tahun ke bawah.

Modified Checklist for Autism in Toddlers (M-CHAT) adalah alat skrining yang dapat digunakan orang tua dan dokter untuk mengidentifikasi anak-anak yang berisiko autisme. Anak-anak yang skornya menunjukkan risiko yang meningkat harus membuat janji dengan dokter anak mereka atau spesialis.

Tanda-tanda autisme biasanya muncul pada usia tiga tahun, dan intervensi dini mengarah pada hasil yang lebih baik.

Orang tua mungkin ingin memulai dengan dokter anak mereka atau membuat janji dengan spesialis, seperti dokter anak perkembangan, ahli saraf anak, psikolog anak, atau psikiater anak. Para spesialis ini dapat membimbing dalam mengembangkan rencana dukungan untuk anak mereka dan menjelajahi sumber daya pemerintah yang tersedia bagi mereka.

Deteksi dini dan intervensi tepat adalah kunci masa depan cerah bagi anak dengan autisme. Selain itu, menjaga kesehatan mental dan fisik orang tua serta keluarga juga penting. Yuk jaga kesehatan dengan:

  • Tidur cukup
  • Makan makanan sehat
  • Olahraga teratur
  • Kelola stres dengan baik
  • Jalin hubungan sosial yang positif

Sobat Sehat, marilah kita selalu mengingat bahwa mendukung anak dengan autisme membutuhkan kesabaran, pemahaman, dan dukungan yang berkelanjutan. Dengan menjalani hidup sehat, termasuk pola makan yang seimbang, istirahat yang cukup, dan olahraga teratur, kita tidak hanya menjaga kesehatan fisik kita, tetapi juga memberi dukungan terbaik bagi anak-anak kita.

Related Posts