Kenali Yuk Spektrum Autisme

Salam sobat Sehat! Kali ini kita akan berbincang tentang dunia yang penuh warna dalam spektrum autisme. Mungkin kamu pernah mendengar istilah ‘high-functioning autism’, tapi tahukah kamu bahwa sebenarnya istilah ini bukanlah diagnosis medis resmi? Ya, istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan individu autis yang mampu membaca, menulis, berbicara, dan mengelola keterampilan hidup dengan sedikit bantuan. Bayangkan saja, seperti seorang pelari yang lari di trek yang sama, tapi dengan kecepatan dan gaya yang berbeda-beda.

Autisme sendiri adalah gangguan neurodevelopmental yang ditandai dengan kesulitan dalam interaksi sosial dan komunikasi. Karena setiap individu memiliki keunikan, autisme pun tidak bisa disamaratakan dan oleh karena itu, kini lebih dikenal sebagai autism spectrum disorder (ASD).

Mengenal Spektrum Autisme: Pemahaman dan Kesehatan yang Lebih Baik

Dulu ada Asperger’s syndrome yang tercatat dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), tapi kini sudah tidak diakui lagi. Asperger’s ini memiliki beberapa gejala yang mirip dengan ASD, namun tanpa keterlambatan dalam penggunaan bahasa dan perkembangan kognitif.

Pernah dengar istilah autisme “tingkat tinggi”? Istilah ini memang nggak resmi, tapi sering dipakai untuk menggambarkan orang dengan autisme yang bisa baca, nulis, ngomong, dan hidup mandiri tanpa banyak bantuan. Nah, sebenarnya gimana sih spektrum autisme ini? Yuk kita bahas santai supaya Sobat Sehat makin paham.

Bayangkan autisme sebagai kacamata unik yang dipakai seseorang melihat dunia. Kacamata ini nggak bikin sakit, tapi cara mereka merasakan dan berinteraksi dengan sekitar bisa berbeda. Misalnya, mereka mungkin lebih sensitif sama suara bising, bingung ngerti kode sosial, atau susah ngungkapin perasaan. Nah, di spektrum autisme, ada yang butuh sedikit bantuan dan ada juga yang butuh bantuan lebih banyak untuk menjalani hidup sehari-hari.

Jadi, apa bedanya autisme “tingkat tinggi” dan Asperger?

Dulu, ada diagnosis tersendiri bernama Asperger. Gejalanya mirip autisme, tapi nggak ada keterlambatan bicara, perkembangan kognitif, atau kemampuan mandiri sesuai usia. Biasanya gejalanya lebih ringan dan nggak terlalu ganggu aktivitas sehari-hari. Tapi sekarang, istilah Asperger udah nggak dipakai lagi, dan autisme dilihat sebagai spektrum luas dengan berbagai tingkat keparahan.

Spektrum autisme dibagi jadi 3 tingkatan:

  • Level 1: Gejalanya mungkin nggak terlalu mengganggu pekerjaan, sekolah, atau hubungan sosial.
  • Level 2: Butuh dukungan tambahan sehari-hari, misalnya terapi bicara atau latihan keterampilan sosial.
  • Level 3: Butuh dukungan signifikan sehari-hari, bahkan terkadang sampai bantuan penuh atau terapi intensif.

Menentukan level ASD memang tidak mudah, tapi psikolog terlatih bisa membantu dengan alat seperti Autism Diagnostic Observation Schedule, Second Edition (ADOS-2). ASD bisa didiagnosis sejak usia 18 bulan, tapi seringkali diagnosis baru terjadi jauh setelahnya.

Dukungan untuk ASD sangat individual. Terapi yang mungkin dibutuhkan antara lain terapi bicara, fisioterapi, terapi okupasi, pelatihan sensorik, analisis perilaku terapan (ABA), dan obat-obatan.

Sebagai kesimpulan, ‘high-functioning autism’ memang bukan istilah medis. Namun, jika kamu atau anakmu menunjukkan gejala ASD, segera konsultasi dengan dokter atau spesialis. Dari sudut pandang seorang ahli kesehatan, menjaga kesehatan bukan hanya untuk mereka yang memiliki kondisi tertentu seperti ASD, tapi juga untuk kita semua. Pola hidup yang sehat dengan istirahat yang cukup, nutrisi yang baik, dan olahraga teratur adalah kunci.

Bingung ngebedain levelnya? Tenang, ada dokter spesialis yang bisa bantu!

Mereka bisa menggunakan alat khusus kayak “Autism Diagnostic Observation Schedule” buat ngelihat gejala dan menentukan levelnya. Diagnosis autisme bisa ditegakkan sedini 18 bulan, tapi banyak juga yang baru ketahuan saat udah besar. Jadi, kalau Sobat Sehat atau anak merasa ada ciri-ciri autisme, jangan ragu konsultasi ke dokter ya!

Dukungan buat autisme itu gimana?

Nggak ada aturan baku, soalnya tergantung kebutuhan masing-masing individu. Misalnya, orang dengan level 1 dan 2 mungkin butuh jenis dukungan yang sama, tapi level 3 biasanya butuh dukungan lebih intensif dan jangka panjang. Dukungan yang bisa diberikan antara lain: terapi bicara, terapi fisik, terapi okupasi, latihan sensori, terapi perilaku, dan bahkan obat-obatan tertentu.

Istilah “autisme tingkat tinggi” sebenarnya nggak resmi, tapi bisa dikaitkan dengan level 1 spektrum autisme atau Asperger yang dulu dipakai. Ingat, spektrum autisme itu luas, dan setiap individu punya kebutuhan unik. Kalau Sobat Sehat curiga diri sendiri atau anak punya gejala autisme, jangan ragu konsultasi ke dokter atau spesialis. Jangan lupa, blog juga bisa jadi sumber informasi dan dukungan yang baik.

Gejala yang mungkin terlihat “sepele” bisa jadi tanda awal. Diagnosis dini dan dukungan yang tepat bisa sangat membantu perkembangan dan kualitas hidup penyandang autisme.

Jaga kesehatan mental dan fisik diri sendiri juga penting! Pola hidup sehat dengan:

  • Tidur cukup
  • Makan makanan sehat
  • Olahraga teratur
  • Kelola stres dengan baik
  • Jalin hubungan sosial yang positif

Bisa menjadi pondasi yang kuat, baik untuk diri sendiri maupun untuk mendukung orang dengan autisme di sekitar kita. Yuk wujudkan masa depan yang inklusif dan penuh dukungan untuk semua! Jaga kesehatan diri dan tetap semangat. Jadi, sobat Sehat, mari kita jaga kesehatan kita. Ingat, seperti pelari di trek, kita semua punya kecepatan dan gaya kita sendiri dalam menjalani hidup. Tetap bersemangat, jaga pola hidup sehat, dan dukung satu sama lain di perjalanan ini.

Related Posts