Hai Sobat Sehat! Pernah denger istilah autisme? Biasanya, kita ngebayangin anak-anak dengan kondisi ini. Tapi, tahukah kamu, banyak perempuan dewasa yang sebenarnya autis, tapi nggak kedeteksi?
Yap, selama ini Tanda Autisme lebih banyak didiagnosis pada anak laki-laki dan penelitiannya pun banyak berfokus pada mereka. Akibatnya, tanda-tanda autisme pada perempuan dewasa sering terlewat. Padahal, gejalanya bisa berbeda, lho!
Kenapa bisa terlewat?
- Perempuan jago “masking”: Mereka sering berusaha “normal” dan menutupi kesulitan mereka, padahal ini bikin capek dan cemas.
- Standar autisme condong ke laki-laki:Â Ciri-ciri autisme yang sering dipakai biasanya berdasarkan perilaku anak laki-laki autis.
- Harapan sosial yang berbeda: Perempuan dituntut supel, ngobrol lancar, dan ngertiin perasaan orang lain. Ini bisa nyamarin tanda-tanda autisme mereka.
Gangguan Spektrum Autisme (GSA) adalah kondisi neuroperkembangan yang secara historis lebih sering didiagnosis pada masa kanak-kanak dan mayoritas pada pria kulit putih.
Kebanyakan penelitian didasarkan pada anak laki-laki kulit putih, sehingga banyak wanita dewasa yang sepanjang hidupnya tidak terdiagnosis autis. Sebagai hasilnya, anak laki-laki dan pria autis memiliki kemungkinan empat kali lebih tinggi untuk didiagnosis dengan gangguan spektrum autisme daripada anak perempuan dan wanita. Salah satu alasan untuk ini adalah bahwa wanita cenderung menyembunyikan hingga 3–4 kali lebih banyak dibandingkan pria, itulah sebabnya mengapa wanita autis sering terlewatkan. Fenomena ini membutuhkan upaya konstan untuk menyembunyikan gejala seseorang; upaya ini seringkali menghasilkan kelelahan fisik dan kecemasan yang ekstrim.
Wanita autis sangat pandai dalam menyembunyikan kebutuhan mereka karena, seperti yang diajarkan kepada kita sejak usia muda, untuk bertahan, mendorong diri kita melebihi batas yang nyaman, dan menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan kita. Untuk alasan ini, autisme seringkali muncul sangat berbeda pada wanita dibandingkan pada pria. Wanita umumnya menyembunyikan kebutuhan mereka dan telah diajarkan sejak usia sangat muda untuk bersosialisasi, menyenangkan orang lain, melakukan kontak mata, dan menjadi pendengar yang aktif. Ini adalah beberapa isu utama yang sulit bagi orang autis untuk dilakukan dan dipertahankan. Banyak wanita diajarkan bahwa ini adalah satu-satunya cara masyarakat akan menghargai kita dan bahwa ini adalah cara kita memastikan kita menjadi wanita paling diinginkan bagi calon pasangan atau pemberi kerja. Di sisi lain, pria sering diajarkan hanya untuk menjadi diri mereka sendiri, dan pentingnya keterampilan komunikasi mereka dibandingkan dengan wanita jauh lebih sedikit.
Contoh tanda autisme pada perempuan dewasa:
- Sensitif banget sama suara, cahaya, atau keramaian. Bayangin kayak lagi di konser, tapi semua suara kerasa menusuk telinga dan lampu bikin pusing.
- Susah ngobrol: Ngobrol bisa bikin bingung, grogi, atau malah ngomong terlalu cepet dan ngalor ngidul.
- Suka rutinitas dan aturan:Â Perubahan mendadak bikin bingung dan nggak nyaman.
- Sulit ngerti ekspresi dan nada bicara orang lain. Kayak nebak tebakan yang rumit!
- Minat yang intens dan mendalam di bidang tertentu. Bisa jadi soal sejarah, hewan, atau karakter fiksi.
Kenapa penting mengenali tanda-tanda ini?
- Diagnosis dini = bantuan lebih cepat: Dengan diagnosis yang tepat, perempuan autis bisa dapat dukungan dan terapi yang sesuai.
- Menerima diri sendiri:Â Mengetahui bahwa “berbeda” itu wajar bisa bikin hidup lebih tenang dan percaya diri.
- Menghilangkan beban “masking”:Â Nggak perlu capek-capek ngaku jadi orang lain lagi.
Autisme bukan halangan untuk hidup bahagia dan produktif, Diagnosis dini dan dukungan yang tepat bisa membantu perempuan autis mencapai potensi mereka.
baca juga: Kenali Gejala Autisme pada Dewasa
Penutup:
Sobat Sehat, yuk kita sama-sama belajar lebih banyak tentang autisme, khususnya pada perempuan dewasa. Dengan mengenali tanda-tanda dan memberikan dukungan, kita bisa membantu mereka menjalani hidup yang lebih baik dan sejahtera. Ingat, menerima dan menghargai perbedaan itu penting!
Tips Menjaga Kesehatan Mental:
- Kenali diri sendiri:Â Pahami kelebihan dan kekuranganmu.
- Komunikasi terbuka:Â Bicaralah pada orang terdekat tentang kesulitanmu.
- Kelola stres: Cari aktivitas relaksasi yang kamu suka, misalnya yoga atau meditasi.
- Jalin hubungan positif:Â Kelilingi diri dengan orang yang suportif dan pengertian.
- Minta bantuan profesional:Â Jangan ragu mencari bantuan psikolog atau konselor.
Dalam menjaga kesehatan kita, penting untuk memahami bahwa autis dan ADHD mempresentasikan tantangan yang unik dan berbeda bagi setiap individu. Pertimbangkan untuk berbicara dengan profesional kesehatan mental jika Anda merasa mengalami gejala yang terkait dengan autisme atau ADHD, terutama jika gejala-gejala tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari Anda. Ini dapat membantu Anda memahami diri Anda sendiri dengan lebih baik dan menemukan strategi yang sesuai untuk mengelola kondisi Anda.