Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Cyberbullying Benarkah Meningkat? Pernahkah kamu mendengar istilah cyberbullying? Cyberbullying adalah perundungan yang dilakukan melalui media digital. Selama pandemi COVID-19, banyak kekhawatiran tentang meningkatnya cyberbullying di antara anak-anak dan remaja. Penelitian terbaru mencoba menjawab pertanyaan ini.
Dalam menghadapi hasil yang mengkhawatirkan dari beberapa studi dan laporan tentang peningkatan signifikan dalam perilaku online agresif di kalangan anak-anak dan remaja selama pandemi COVID-19, penelitian terkini bertujuan untuk memberikan evaluasi yang lebih rinci terhadap investigasi yang berfokus pada tingkat prevalensi cyberbullying yang dipublikasikan antara tahun 2020 dan 2023. Untuk tujuan ini, pencarian sistematis dilakukan di empat basis data (Web of Science, APA PsycInfo, Scopus, dan Google Scholar), dan mengikuti panduan PRISMA, 16 studi telah dimasukkan dan direview secara kualitatif. Meskipun studi-studi tersebut ditandai dengan beragamnya operasionalisasi dan pengukuran cyberbullying, serta dengan metodologi yang berbeda digunakan untuk pengumpulan data, tingkat prevalensi keterlibatan dalam cyberbullying dan/atau cybervictimization umumnya menunjukkan tren yang berlawanan: peningkatan di banyak negara Asia dan Australia dan penurunan di negara-negara Barat. Temuan tersebut juga dibahas dengan mempertimbangkan efek pandemi COVID-19. Terakhir, beberapa saran diberikan kepada pembuat kebijakan untuk mempromosikan program anti-cyberbullying dalam konteks sekolah.
Penelitian ini seolah memberikan cermin bagi kita untuk memahami bahwa pandemi tidak hanya memberikan dampak pada kesehatan fisik, tetapi juga memengaruhi kesehatan mental dan perilaku sosial anak dan remaja. Seperti yang terlihat dari temuan ini, pandemi telah meningkatkan risiko cyberbullying di beberapa negara, sementara di tempat lain, ada penurunan.
Bagi kita sebagai masyarakat, penting untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya cyberbullying, terutama di masa-masa sulit seperti pandemi ini. Orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan harus bekerja sama untuk mengembangkan strategi pencegahan dan intervensi yang efektif guna melindungi anak-anak dan remaja dari ancaman cyberbullying.
Mencari Bukti: Dampak Pandemi terhadap Cyberbullying
Para peneliti mengumpulkan data dari berbagai penelitian yang dilakukan antara tahun 2020 dan 2023. Mereka menemukan hasil yang beragam:
- Asia dan Australia: Beberapa penelitian di Asia dan Australia menunjukkan adanya peningkatan cyberbullying selama pandemi.
- Negara Barat: Sebaliknya, penelitian di negara-negara Barat justru menunjukkan penurunan cyberbullying.
Mengapa Hasil Penelitian Dampak Pandemi COVID-19 Berbeda?
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hasil penelitian berbeda:
- Cara Mengukur Cyberbullying: Setiap penelitian mungkin memiliki cara yang berbeda untuk mengukur cyberbullying.
- Metode Pengumpulan Data: Cara pengumpulan data, seperti survei online atau wawancara, juga bisa mempengaruhi hasil.
Para peneliti masih berusaha memahami hubungan antara pandemi COVID-19 dan cyberbullying. Mungkin saja pembatasan aktivitas di luar rumah dan peningkatan penggunaan internet selama pandemi turut berpengaruh.
Mencegah Cyberbullying di Era Digital
Terlepas dari apakah cyberbullying meningkat atau menurun, kita perlu terus berupaya untuk mencegahnya. Berikut beberapa tips:
- Orang tua: Jalin komunikasi terbuka dengan anak dan ajarkan mereka tentang bahaya cyberbullying.
- Sekolah: Terapkan program anti-cyberbullying dan edukasi tentang penggunaan internet yang sehat.
- Pemerintah: Buat kebijakan yang melindungi anak-anak dari cyberbullying.
Dampak pandemi COVID-19 terhadap cyberbullying masih belum sepenuhnya jelas. Namun, cyberbullying tetap menjadi masalah yang perlu kita waspadai. Mari kita bekerja sama untuk melindungi generasi muda dari bahaya cyberbullying.
He who has health, has hope; and he who has hope, has everything.” – Arabian Proverb.