Salam sobat Sehat, Dalam era di mana Dampak Kekerasan di Media dan teknologi semakin merajalela, perhatian terhadap pengaruh media elektronik pada anak-anak menjadi semakin penting. Artikel yang ditulis oleh Michael Rich, seorang ahli pediatri dari Harvard Medical School, menyoroti dampak yang ditimbulkan oleh paparan kekerasan dalam media terhadap perilaku anak-anak.
Dampak Paparan Kekerasan dalam Media
Menurut Dr. Rich, paparan kekerasan dalam media dapat menyebabkan peningkatan perasaan takut dan kecemasan pada pemirsa, menumpulkan sensitivitas terhadap konflik dan cara penyelesaiannya selain kekerasan, serta meningkatkan perilaku agresif pemirsa, termasuk anak-anak.
Tindakan Pencegahan Terhadap Bullying
Artikel tersebut memberikan beberapa rekomendasi praktis untuk mencegah pengaruh negatif media elektronik terhadap anak-anak, yang juga relevan dalam pencegahan bullying:
- Hapuskan komputer dari kamar anak dan letakkan di ruang makan agar penggunaan media dapat dipantau secara lebih terbuka.
- Selalu adakan waktu makan bersama sebagai waktu untuk berkumpul dan memberikan contoh perilaku positif kepada anak.
- Hindari penggunaan perangkat elektronik selama waktu makan bersama untuk memberikan contoh yang baik kepada anak.
- Angkat TV dari kamar anak dan tentukan aturan bahwa semua ponsel diisi ulang di dapur semalaman.
- Dorong anak untuk bermain di luar ruangan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan sosial mereka.
Eksperimen “Power Rangers”:
- Artikel ini menyebutkan sebuah penelitian kamera tersembunyi di mana anak-anak balita menunjukkan perilaku yang lebih agresif setelah menonton kartun Power Rangers yang penuh kekerasan dibandingkan dengan kartun Barney. Hal ini menunjukkan hubungan potensial antara media yang penuh kekerasan dan kecenderungan anak untuk bertindak agresif.
Kekhawatiran Orang Tua:
Artikel ini memahami kekhawatiran orang tua tentang dampak media modern terhadap anak-anak mereka. Artikel ini menawarkan beberapa fakta yang menenangkan:
- Pembelajaran yang signifikan dari layar tidak terjadi sebelum usia 30 bulan.
- Anak-anak pandai menggunakan perangkat karena desainnya yang intuitif, bukan karena kecerdasan mereka yang superior.
Media Edukasi:
Artikel ini menjelaskan bahwa media dapat menjadi edukatif setelah usia 3 tahun. Namun, artikel ini mengangkat kekhawatiran tentang:
- Target pemirsa Sesame Street saat ini lebih muda dari kelompok usia ideal 3-5 tahun.
- Dampak negatif TV di kamar anak-anak terhadap kualitas tidur dan risiko obesitas.
Konsumsi Media oleh Anak-anak yang Lebih Tua:
Artikel ini menyoroti jumlah waktu yang signifikan yang dihabiskan anak-anak yang lebih tua dengan media:
- Rata-rata 7,5 jam per hari untuk anak usia 8-18 tahun.
- Anak SMA mengirim ratusan pesan teks per hari.
Hubungan antara Media dan Bullying:
- Meskipun artikel ini tidak secara eksplisit menyebutkan bullying, hubungannya dapat disimpulkan. Peningkatan perilaku agresif yang disebabkan oleh kekerasan di media dapat termanifestasi sebagai bullying terhadap teman sebaya. Anak-anak yang terbiasa dengan kekerasan mungkin lebih cenderung menggunakan bullying sebagai cara untuk menyelesaikan konflik.
Cyberbullying:
- Artikel ini menyebutkan bahwa 58% korban cyberbullying di SMA tidak memberitahu orang tua mereka karena takut orang tua mereka tidak akan memahami dunia digital. Hal ini menunjukkan konsekuensi potensial dari penggunaan media yang berlebihan – generasi yang kesulitan berkomunikasi secara efektif dan menjauhkan diri dari bimbingan orang tua.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulannya, kita sebagai orang tua harus memperhatikan penggunaan media elektronik oleh anak-anak kita untuk mencegah dampak negatifnya, termasuk risiko terhadap bullying. Dengan memberikan pengawasan yang baik dan menciptakan lingkungan yang mendukung, kita dapat membantu anak-anak kita tumbuh menjadi individu yang tangguh dan berempati.
Artikel tentang kekerasan di media memberikan bukti kuat tentang hubungan antara konten media yang penuh kekerasan dan perilaku agresif pada anak-anak. Perilaku agresif ini dapat dengan mudah berubah menjadi bullying saat anak-anak berinteraksi satu sama lain. Artikel ini menawarkan beberapa tips praktis bagi orang tua untuk membantu mengatur konsumsi media anak-anak mereka dan menciptakan lingkungan media yang lebih sehat.
Tips untuk Orang Tua:
- Pindahkan komputer anak dari kamarnya dan letakkan di meja makan sehingga menjadi “tempat umum” dan anak akan memantau sendiri penggunaannya.
- Pindahkan komputer dari meja makan sekali sehari dan adakan makan keluarga, pengaruh terpenting bagi anak untuk mempelajari peran model yang baik dan menghindari perilaku berisiko tinggi.
- Jika Anda tidak ingin anak Anda menggunakan perangkatnya saat makan atau kumpul keluarga, SIMPAN PUNYA ANDA. “Anak-anak mendengar sekitar 1% dari apa yang kita katakan, tetapi melihat 100% dari apa yang kita lakukan.”
- Keluarkan TV dari kamarnya, dan atur aturan bahwa semua ponsel beristirahat (diisi ulang) di dapur semalaman.
- Tingkatkan permainan bebas di luar ruangan. Menjadi “Huck Finn dengan lumpur di antara jari kakinya” mungkin lebih mempersiapkan anak Anda untuk menyelesaikan masalah dengan sukses di dunia modern daripada waktu di video game. (Kecuali jika anak Anda bercita-cita menjadi pengemudi tank Israel atau pengendali drone AS.)
Pesan Utama:
- Kekerasan di media dapat meningkatkan agresivitas pada anak-anak.
- Agresivitas dapat termanifestasi sebagai bullying.
- Orang tua dapat membantu dengan mengatur konsumsi media anak-anak mereka dan menciptakan lingkungan media yang lebih sehat.
He who has health, has hope; and he who has hope, has everything.” – Arabian Proverb.