Di era digital ini, internet dan media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Tapi, tahukah kamu bahwa di balik kemudahannya, dunia maya juga menyimpan bahaya? Salah satunya adalah cyber bullying.
Perkembangan teknologi memang membawa berbagai kemudahan dalam hidup kita, tetapi di sisi lain, muncul juga ancaman baru yang perlu kita waspadai, salah satunya adalah cyberbullying. Fenomena ini sering digambarkan sebagai ‘epidemi’ di kalangan anak-anak dan remaja, namun apakah benar cyberbullying menciptakan banyak korban baru di luar mereka yang sudah menjadi korban bullying dengan cara tradisional?
Cyber bullying adalah perundungan yang dilakukan melalui media digital, seperti SMS, email, media sosial, dan game online. Bentuknya bisa macam-macam, seperti menyebarkan rumor, menghina, mengancam, dan mempermalukan orang lain.
Banyak yang bilang kalau cyber bullying itu seperti badai dalam cangkir teh. Maksudnya, meskipun kelihatannya rame dan heboh, sebenarnya cyber bullying tidak separah bullying tradisional (fisik dan relational). Tapi, benarkah demikian?
Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah cyber bullying menciptakan korban baru dengan karakteristik yang berbeda, dan apakah dampaknya terhadap kesejahteraan psikologis dan perilaku remaja serupa dengan korban bullying tradisional.
Penelitian ini melibatkan 2745 siswa, berusia 11-16 tahun, dari sekolah menengah di Inggris. Mereka mengisi survei elektronik yang mengukur keterlibatan dalam bullying, harga diri, dan masalah perilaku.
Hasilnya menunjukkan bahwa 29% dari mereka melaporkan pernah menjadi korban bullying, tetapi hanya 1% remaja yang menjadi korban murni cyber bullying (tidak pernah menjadi korban bullying secara tradisional). Dibandingkan dengan korban langsung atau relasional, korban cyber bullying memiliki efek negatif yang serupa terhadap perilaku dan harga diri.
Namun demikian, mereka yang menjadi korban oleh berbagai cara (poly-victims) mengalami kesulitan terbesar dalam perilaku dan harga diri mereka. Secara keseluruhan, cyber bullying cenderung lebih merupakan alat baru untuk melukai korban yang sudah menjadi sasaran bullying secara tradisional.
Cyber bullying: Jeratan Baru Bagi Korban
Penelitian menunjukkan bahwa cyber bullying memang tidak menciptakan banyak korban baru. Kebanyakan korban cyber bullying juga mengalami bullying tradisional.
Namun, cyber bullying memiliki efek yang sama parahnya dengan bullying tradisional. Korban cyber bullying bisa mengalami depresi, cemas, dan bahkan bunuh diri.
Cyber bullying bagaikan badai yang tak terduga. Bullying tradisional biasanya terjadi di sekolah, tapi cyber bullying bisa terjadi kapanpun dan di manapun. Korban cyber bullying tidak bisa melarikan diri dari perundungan.
Cyber bullying: Memperparah Luka Korban
Bagi mereka yang sudah menjadi korban bullying tradisional, cyberbullying bagaikan luka yang diperparah. Cyberbullying memperluas jangkauan bullying dan membuat korban semakin tertekan.
Tips Jitu Melawan Cyberbullying:
- Jangan panik: Jika kamu mengalami cyberbullying, jangan panik. Segera laporkan kepada orang tua, guru, atau orang dewasa yang kamu percaya.
- Jaga privasi: Jangan sembarangan membagikan informasi pribadi di internet.
- Bersikap positif: Jangan biarkan cyberbullying memengaruhi kepercayaan dirimu.
- Berani berkata “tidak”: Jangan ragu untuk menegur orang yang melakukan cyberbullying.
- Gunakan internet dengan bijak: Gunakan internet untuk hal-hal yang positif.
Melawan Cyberbullying: Membutuhkan Upaya Ekstra
Untuk mengatasi cyberbullying, dibutuhkan upaya yang lebih ekstra. Tidak hanya perlu memerangi cyberbullying itu sendiri, tapi juga perlu mengatasi akar permasalahannya, yaitu bullying tradisional.
Intervensi terhadap cyberbullying mungkin perlu mencakup pendekatan terhadap bullying tradisional dan akar penyebabnya untuk menjadi lebih efektif.
Dalam menjaga kesehatan, kita perlu menyadari risiko-risiko baru yang muncul, termasuk risiko dari cyberbullying. Kita juga perlu mengajarkan kepada anak-anak dan remaja kita cara-cara untuk menghadapi dan melawan bullying, baik yang terjadi di dunia nyata maupun di dunia maya.
Jangan lupa, kehidupan yang sehat tidak hanya melibatkan pola makan yang baik dan olahraga yang teratur, tetapi juga perlunya menjaga kesehatan mental dan melindungi diri dari ancaman-ancaman baru, termasuk cyberbullying.
Cyberbullying bukan badai dalam cangkir teh.
Cyberbullying adalah bahaya nyata yang harus diwaspadai. Untuk melindungi diri dari cyber bullying, kita perlu meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang bahaya cyber bullying.
Mari kita ciptakan dunia digital yang aman dan nyaman bagi semua. Ingatlah, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jagalah kesehatanmu dengan pola hidup sehat dan selalu berhati-hati saat menggunakan internet.
Jika kamu mengalami cyber bullying, jangan ragu untuk meminta bantuan. Kamu tidak sendirian. Beranikan diri untuk melawan cyber bullying dan lindungi kesehatan mentalmu.
He who has health, has hope; and he who has hope, has everything.” – Arabian Proverb.