Apakah kamu pernah mendengar tentang Bullying di sekolah? Jika belum, yuk kita bahas bersama! Bullying adalah perilaku agresif yang disengaja dan berulang kali dilakukan oleh sekelompok atau individu terhadap seseorang yang sulit membela diri. Bullying bisa berupa ejekan, perlakuan fisik, atau bahkan penyebaran gosip yang tidak menyenangkan. Perilaku ini sering kali terjadi di sekolah, seperti di kelas atau di area permainan.
Bullying di sekolah Sulit Diukur
Para peneliti kesulitan mendapatkan data pasti tentang perundungan. Ini karena berbagai lembaga menggunakan cara hitung yang berbeda. Selain itu, budaya di setiap negara juga bisa mempengaruhi bagaimana bullying dilihat dan dilaporkan.
Bullying di Berbagai Negara
Meski datanya tidak selalu akurat, penelitian menunjukkan bahwa bullying ada di mana-mana. Di negara Barat, sekitar 1 dari 3 anak pernah menjadi korban bullying. Di Amerika Latin, angkanya bisa lebih tinggi, yaitu 40-50% remaja pernah melakukan bullying! Negara-negara berkembang pun tak luput dari masalah ini. Afrika Selatan misalnya, melaporkan bahwa 56% siswa pernah dibully.
Berdasarkan penelitian, prevalensi bullying bervariasi luas antara negara dan wilayah, tergantung pada budaya dan konteksnya. Misalnya, di Amerika Latin, sekitar 40-50% remaja di Peru dan Kolombia melaporkan bahwa mereka melakukan bullying terhadap orang lain. Sementara itu, di Afrika Selatan, sekitar 56% siswa melaporkan bahwa mereka menjadi korban bullying. Ini menunjukkan bahwa bullying bukanlah masalah yang terbatas pada satu wilayah saja, tapi bisa terjadi di mana saja.
Usia dan Jenis Kelamin Korban Bullying di sekolah
Bullying paling sering terjadi pada anak SMP, sekitar usia 12-15 tahun. Anak laki-laki lebih sering menjadi pelaku bullying dibanding anak perempuan. Biasanya, anak laki-laki mengalami bullying fisik, sementara anak perempuan lebih sering mengalami bullying verbal atau sosial, seperti dicuekin atau diasingkan.
Ada juga perbedaan dalam tingkat bullying antara anak laki-laki dan perempuan. Biasanya, anak laki-laki lebih cenderung melakukan bullying secara fisik, sementara perempuan lebih cenderung melakukan bullying secara verbal atau sosial. Namun, semua orang, tanpa memandang gender, bisa menjadi korban bullying.
Bullying Berubah Bentuk Sesuai Usia
Seiring bertambahnya usia, bentuk bullying juga bisa berubah. Anak yang lebih kecil mungkin akan mengalami bullying fisik seperti didorong atau dipukul. Sedangkan remaja lebih mungkin mengalami bullying verbal seperti diejek atau dijuluki. Bullying juga bisa terjadi di dunia maya, yang dikenal dengan sebutan cyberbullying.
Selain itu, ada juga jenis bullying yang disebut “prejudice-related bullying”, di mana seseorang menjadi korban karena perbedaan mereka, seperti orientasi seksual atau etnis. Ini adalah masalah yang serius yang mempengaruhi kelompok minoritas secara signifikan.
Bullying Menyerang Kelompok Minoritas
Anak-anak berkebutuhan khusus, obesitas, atau berasal dari minoritas ras atau seksual, lebih rentan menjadi korban bullying. Hal ini karena mereka mungkin merasa berbeda dan tidak memiliki banyak teman yang bisa membela mereka.
Dampak Bullying di sekolah Jangka Panjang
Bullying bisa membekas seumur hidup. Para korban bullying lebih rentan mengalami depresi, cemas, dan bahkan bunuh diri. Bullying juga bisa membuat prestasi belajar menurun dan kesulitan bersosialisasi.
Untuk menjaga kesehatan mental dan fisik, penting bagi kita semua untuk melawan bullying. Kita bisa mulai dengan menjadi lebih peduli satu sama lain, mendukung teman-teman yang menjadi korban, dan tidak menjadi pelaku bullying. Ingatlah bahwa tindakan kecil kita bisa membuat perbedaan besar dalam kehidupan orang lain.
Terakhir, jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan dengan istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, dan tetap aktif berolahraga. Dengan hidup yang sehat, kita bisa lebih kuat dan mampu menghadapi segala tantangan, termasuk bullying.
He who has health, has hope; and he who has hope, has everything.” – Arabian Proverb.