Tips Kesehatan Terbaru– Sebagai orang tua, kita sering bertanya-tanya, “Mengapa anak saya belum juga bicara?” Ketika anak tidak merespons, tidak mengucapkan kata, atau tampak enggan berkomunikasi, komentar seperti “mungkin dia memang pemalu”, “nanti juga ngomong sendiri”, atau “dia malas bicara” kerap muncul.
Tapi bagaimana jika sebenarnya anak bukan malas, melainkan sedang berjuang dengan sesuatu yang tidak tampak secara kasat mata, seperti gangguan pemrosesan sensorik? Yuk simak pembahasan berikut sobat medi bersama saya, Cherly, seorang akupunktur terapis di Rumah Terapi Medical hacking.
Membongkar Mitos: Anak Terlambat Bicara Karena Malas?
Anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara sering kali disalahpahami. Mereka dicap sebagai pendiam, cuek, atau manja. Padahal, berbicara bukanlah kemampuan yang otomatis muncul—melainkan hasil dari perkembangan sistem tubuh yang kompleks, termasuk sistem sensorik.
Jika anak tidak nyaman atau kesulitan memproses informasi sensorik dari lingkungannya, kemampuan bicara bisa terganggu tanpa kita sadari.
Apa Itu Gangguan Pemrosesan Sensorik?
Gangguan pemrosesan sensorik (Sensory Processing Disorder / SPD) terjadi ketika otak tidak mampu mengatur atau merespons informasi dari pancaindra dengan tepat. Anak bisa menjadi:
-
Hipersensitif (terlalu peka): mudah terganggu oleh suara, cahaya, sentuhan, dll.
-
Hiposensitif (kurang peka): tampak tidak merespons atau mencari rangsangan berlebihan.
Dalam konteks perkembangan bicara, keduanya bisa memengaruhi interaksi sosial, perhatian, dan kemampuan anak untuk belajar bahasa.
Bagaimana Sensorik Mempengaruhi Bicara?
-
Kesulitan Fokus dan Merespons
Jika suara atau gerakan di sekitar terasa berlebihan bagi anak, ia akan sibuk “bertahan” alih-alih belajar. Akibatnya, anak cenderung tidak merespons ajakan bicara. -
Tidak Nyaman dengan Kontak Sosial
Anak mungkin menolak pelukan, tatapan mata, atau suara orang lain karena sensorinya kewalahan. Interaksi sosial—fondasi utama untuk belajar bicara—pun terganggu. -
Gangguan Motorik Oral
Sistem sensorik yang terganggu bisa memengaruhi kontrol terhadap otot mulut, lidah, dan rahang. Ini membuat anak kesulitan mengucapkan kata atau meniru suara.
Tanda-Tanda Anak Bukan Sekadar ‘Malas Bicara’
-
Sering menutup telinga atau menjerit saat mendengar suara biasa
-
Tidak suka disentuh, dipeluk, atau memakai pakaian tertentu
-
Jarang mengoceh atau meniru kata meskipun sudah usia 2 tahun ke atas
-
Terlihat tidak fokus, sulit tenang, atau sebaliknya—sangat aktif berlebihan
-
Cenderung lebih tertarik pada objek atau aktivitas sensorik daripada orang
Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?
-
Lakukan Evaluasi Komprehensif
Segera konsultasikan ke dokter anak, terapis wicara, dan terapis okupasi untuk menilai apakah ada keterlibatan gangguan sensorik. -
Jangan Menunggu Terlalu Lama
Mitos “nanti juga ngomong sendiri” sering kali membuat intervensi jadi terlambat. Waktu emas perkembangan otak terjadi pada usia 0–5 tahun. -
Berikan Dukungan Emosional dan Lingkungan yang Ramah Sensorik
Bantu anak merasa aman dan nyaman secara sensorik agar ia mau membuka diri untuk belajar bicara. - Terapi Akupunktur
Akupunktur bisa menjadi terapi tambahan yang membantu menenangkan sistem saraf dan mendukung regulasi sensorik pada anak dengan speech delay akibat gangguan sensorik
Anak Tidak Malas, Ia Mungkin Sedang Berjuang
Label “malas bicara” sering kali tidak adil dan tidak akurat. Bisa jadi, anak tidak bicara karena otaknya belum siap menerima dan merespons dunia di sekitarnya. Jika anak tampak tidak tertarik bicara, sulit fokus, atau menghindari interaksi, jangan langsung menyalahkan perilakunya. Cari tahu lebih dalam: mungkinkah sistem sensoriknya yang bermasalah?
Dengan pemahaman yang tepat dan intervensi dini, anak-anak ini bisa berkembang optimal. Karena semua anak ingin berkomunikasi—mereka hanya perlu dunia yang bisa mereka pahami dan yang juga memahami mereka.

Lulusan D4 Jurusan Akupunktur dan Pengobatan Herbal (2020-2024)




























