Bahaya! Kelas Bisa Jadi Arena Bullying?

Salam Sobat Sehat! Kita sudah bahas tentang perisiko perorangan yang bisa menjadi korban. Ternyata, kelas tertentu juga bisa meningkatkan risiko bullying, lho! Kok bisa? Yuk, simak penjelasannya!

Faktor demografis seperti ukuran kelas tidak sepenuhnya dapat menjelaskan perbedaan tingkat bullying di dalam kelas. Bahkan, terkadang lebih banyak kasus bullying terjadi di kelas-kelas yang lebih kecil daripada di kelas yang lebih besar. Selain itu, faktor-faktor seperti proporsi anak laki-laki atau imigran di dalam kelas juga tidak selalu berkorelasi dengan tingkat bullying.

Kelas yang Kerap Muncul Bullying

Percaya atau tidak, tidak semua kelas sama bahayanya soal bullying. Ada kelas yang lebih sering terjadi dibandingkan yang lain. Ini kenapa? Ada beberapa hal yang membuat kelas rentan menjadi arena bullying:

  • Kurangnya Keakraban: Kelas yang isinya anak-anak yang tidak saling mengenal atau tidak akrab biasanya rentan terjadi bullying. Mirip kayak anak baru yang belum punya teman, bisa jadi mereka akan menjadi sasaran empuk.
  • Ada “Si Paling Berkuasa”: Kalau di kelas ada anak yang merasa paling jago atau paling berkuasa, nah ini bisa jadi masalah. Mereka bisa saja seenaknya membully anak lain karena merasa tidak akan ada yang berani melawan. Mirip kayak preman di terminal ya, suka seenaknya sendiri!
  • Diam Saja Saat Melihat Bullying: Kalau temanmu dibully tapi tidak ada yang berani membela atau melawan, lama-lama bisa semakin parah. Ini karena pelaku merasa tidak ada yang peduli dan mereka bebas melakukan aksinya.

Guru yang Baik = Penangkal Bullying

Guru yang baik bisa menjadi penangkal di kelas. Guru yang perhatian dan tegas bisa membuat suasana kelas menjadi aman dan nyaman. Sebaliknya, guru yang cuek dan tidak peduli bisa membuat anak-anak jadi takut melapor kalau mereka dibully. Guru memiliki peran penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mencegah perundungandi sekolah.

Perbedaan antar kelas lebih baik dijelaskan oleh faktor-faktor yang terkait dengan dinamika kelompok teman sebaya atau karakteristik guru. Kelas dengan hierarki yang tinggi cenderung memiliki lebih banyak kasus, di mana status sosial atau kekuasaan terpusat pada beberapa individu saja. Namun, kelas tanpa hierarki biasanya tidak mendukung tumbuhnya perilaku perundungan.

Norma-norma yang mendukung perilaku

Norma-norma di dalam kelas juga memengaruhi kemungkinan siswa terlibat dalam perundungan. Norma-norma yang mendukung perilaku biasanya tercermin dalam sikap anti-anti-bullying yang rendah, ekspektasi positif tentang hasil sosial dari tindakan pro-bullying, dan ekspektasi negatif tentang hasil sosial dari tindakan pro-korban. Reaksi teman sebaya dalam situasi perundunganjuga memberikan umpan balik langsung kepada pelaku, sehingga sangat penting untuk memperhatikan sikap dan respons teman sebaya terhadap kejadian bullying.

Jaga Kesehatan Mental dengan Sekolah yang Aman

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Berikut tips untuk menciptakan sekolah yang aman:

  • Guru yang Peduli: Guru harus peka terhadap keadaan siswanya dan berani mengambil tindakan jika terjadi.
  • Teman yang Saling Dukung: Siswa harus saling menghargai dan berani membela teman yang menjadi korban bullying.
  • Peraturan Sekolah yang Jelas: Sekolah harus memiliki peraturan yang tegas untuk mencegah dan menangani perundungan.

Dari sudut pandang siswa yang berisiko menjadi korban, penelitian terbaru menunjukkan bahwa hubungan antara faktor risiko individu (seperti kecemasan sosial dan penolakan oleh teman sebaya) dan victimisasi bervariasi antar kelas. Hal ini menunjukkan bahwa kerentanan individu lebih mungkin menyebabkan seseorang menjadi korban bullying ketika konteks kelas memungkinkannya terjadi.

Akhirnya, persepsi siswa tentang sikap guru terhadap perundungan juga terkait dengan tingkat masalah di dalam kelas.

Perubahan dalam persepsi siswa tentang sikap guru mereka terhadap bullying dapat memediasi efek program antibullying di sekolah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya guru menyampaikan penolakan mereka terhadap bullying kepada siswa.

Dari penjelasan ini, kita bisa melihat bahwa lingkungan kelas memainkan peran penting dalam mencegah dan mengurangi kasus. Guru, siswa, dan seluruh anggota komunitas sekolah perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman, ramah, dan mendukung untuk semua orang.

Ingatlah, menjaga kesehatan mental dan fisik juga penting dalam melawan. Jadi, mari kita semua bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari bullying dan selalu menjaga kesehatan dengan pola hidup yang sehat dan teratur.

 

Related Posts