Tips Kesehatan – Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Hiperaktifitas dan Kekurangan Perhatian adalah kondisi neurologis yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk fokus, mengatur impuls, dan mengelola perilaku. ADHD sering kali didiagnosis pada masa kanak-kanak, tetapi banyak orang dewasa yang baru mengetahui mereka mengalaminya setelah bertahun-tahun mengalami kesulitan. Proses diagnosis ADHD melibatkan beberapa langkah dan kriteria yang harus dipenuhi. Artikel ini akan membahas bagaimana proses diagnosis ADHD dilakukan dan kriteria penting yang digunakan oleh profesional medis.
Baca juga:Â Terobosan Baru! Medical Hacking Jadi Harapan Baru untuk Anak Asperger Syndrome!
Pengenalan Gejala ADHD
Gejala ADHD dapat terlihat dalam dua kategori utama: inatensi (ketidakmampuan untuk fokus atau perhatian) dan hiperaktivitas-impulsivitas (perilaku yang tergesa-gesa dan tidak terkendali). Gejala ini dapat muncul sejak usia dini, tetapi mereka sering kali baru menjadi jelas ketika anak memasuki sekolah dan dihadapkan dengan tugas yang memerlukan konsentrasi.
Pada anak-anak, gejala inatensi mungkin termasuk kesulitan mengikuti instruksi, melupakan tugas, atau tidak menyelesaikan pekerjaan rumah. Sementara itu, gejala hiperaktifitas-impulsivitas mungkin meliputi perasaan gelisah yang tidak dapat dihentikan, kesulitan duduk diam, atau berbicara tanpa henti. Pada orang dewasa, ADHD mungkin lebih tampak pada kecenderungan untuk tidak dapat menyelesaikan pekerjaan atau memulai banyak tugas tetapi tidak pernah menyelesaikannya.
Pentingnya Proses Diagnosis yang Tepat
Diagnosis ADHD tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan observasi singkat atau pemeriksaan fisik. Proses ini memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai riwayat perilaku pasien dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Salah satu tantangan dalam mendiagnosis ADHD adalah bahwa gejalanya bisa mirip dengan kondisi lain seperti kecemasan, depresi, atau gangguan tidur. Oleh karena itu, proses diagnosis ADHD harus dilakukan dengan hati-hati dan melibatkan berbagai evaluasi.
Langkah-Langkah dalam Proses Diagnosis
Proses diagnosis ADHD biasanya melibatkan beberapa tahap, dimulai dari wawancara dengan pasien atau orang tua, tes psikologis, hingga evaluasi medis. Berikut adalah langkah-langkah utama yang dilakukan untuk mendiagnosis ADHD:
- Wawancara Klinis
Langkah pertama dalam mendiagnosis ADHD adalah wawancara antara pasien (atau orang tua, dalam kasus anak-anak) dengan seorang profesional medis seperti psikolog, psikiater, atau dokter. Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai riwayat perilaku, gejala yang dialami, serta dampak gejala terhadap kehidupan sehari-hari. Profesional medis juga akan mengevaluasi apakah ada kondisi lain yang mungkin menyebabkan gejala serupa, seperti gangguan kecemasan atau depresi.
- Pengisian Kuesioner atau Skala Penilaian
Untuk membantu memperjelas gejala yang dialami pasien, dokter atau psikolog mungkin meminta orang tua, guru, atau pasangan untuk mengisi kuesioner atau skala penilaian yang dirancang khusus untuk menilai gejala ADHD. Beberapa alat penilaian yang umum digunakan adalah Conners’ Rating Scales atau Vanderbilt ADHD Diagnostic Rating Scales. Skala ini memungkinkan profesional medis untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang seberapa sering gejala muncul dan sejauh mana mereka mengganggu kehidupan pasien.
- Observasi Perilaku
Dalam beberapa kasus, evaluasi langsung terhadap perilaku pasien juga dilakukan, baik itu dalam pengaturan klinis atau dalam lingkungan sehari-hari seperti di sekolah atau rumah. Dokter atau psikolog mungkin akan memantau bagaimana pasien berinteraksi dengan orang lain dan bagaimana mereka mengelola tugas-tugas yang membutuhkan perhatian berkelanjutan.
- Pemeriksaan Fisik dan Tes Medis Lainnya
Meskipun ADHD adalah kondisi neurologis, penting untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan fisik atau medis lain yang dapat mempengaruhi perilaku, seperti gangguan pendengaran, gangguan tidur, atau masalah kesehatan lainnya. Pemeriksaan fisik atau tes medis seperti tes darah atau pemindaian otak kadang diperlukan untuk memastikan bahwa gejala tidak disebabkan oleh masalah kesehatan lain.
- Evaluasi Psikologis
Untuk menilai lebih lanjut kemampuan kognitif, perhatian, dan memori pasien, seorang psikolog mungkin akan melakukan tes psikologis yang lebih mendalam. Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana pasien memproses informasi, mempertahankan perhatian dalam jangka panjang, serta mengelola impuls.
Kriteria Diagnostik ADHD
Setelah tahap evaluasi selesai, dokter atau profesional medis akan membandingkan hasilnya dengan kriteria diagnostik yang ditetapkan oleh manual diagnostik medis, yaitu Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association. Berikut adalah beberapa kriteria penting yang harus dipenuhi agar seseorang dapat didiagnosis ADHD:
- Gejala Inatensi dan Hiperaktivitas Impulsif
Seseorang yang didiagnosis dengan ADHD harus menunjukkan gejala inatensi (misalnya, kesulitan mengikuti instruksi, sulit fokus pada satu tugas) dan/atau gejala hiperaktivitas-impulsif (seperti kesulitan duduk diam atau berbicara berlebihan). Gejala-gejala ini harus cukup parah untuk mengganggu kehidupan sehari-hari pasien.
- Durasi Gejala
Gejala ADHD harus berlangsung setidaknya selama 6 bulan. Diagnosis tidak dapat dibuat jika gejala hanya muncul dalam waktu singkat atau hanya terjadi dalam situasi tertentu saja.
- Usia Awal Gejala
Gejala ADHD biasanya muncul sebelum usia 12 tahun, meskipun pada beberapa individu, gejala baru terdeteksi ketika mereka lebih tua. Jika gejala muncul setelah usia ini, kemungkinan besar gejala tersebut disebabkan oleh gangguan lain.
- Gejala yang Mengganggu Fungsi Sosial dan Akademik
Gejala ADHD harus cukup signifikan sehingga mengganggu berbagai aspek kehidupan pasien, seperti hubungan sosial, prestasi akademik, atau pekerjaan. Ini mencakup ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas, interaksi sosial yang sulit, dan gangguan dalam lingkungan pendidikan atau kerja.
Penanganan Setelah Diagnosis
Setelah diagnosis ADHD ditegakkan, penanganan biasanya melibatkan kombinasi terapi perilaku dan, jika perlu, penggunaan obat-obatan. Obat-obatan seperti stimulansia (misalnya, methylphenidate) sering digunakan untuk membantu mengontrol gejala ADHD, sementara terapi perilaku dapat membantu pasien mengembangkan keterampilan untuk mengatur impuls dan meningkatkan perhatian.
Terapi adalah metode perawatan yang paling efektif, aman, dan nyaman untuk mengatasi masalah kesehatan seperti ini. Jika Anda memerlukan terapi, silakan hubungi tenaga medis kami. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Rumah Sehat Medical Hacking.
Jangan lewatkan kesempatan bergabung dengan lebih dari 10.897 pasien di Indonesia yang telah merasakan manfaat dan kesembuhan dari layanan kami. Konsultasikan keluhan Anda segera dan dapatkan pemeriksaan dari terapis profesional kami.
